10 Film Indonesia Bertemakan LGBT

Belakangan ini banyak orang sedang heboh dan membicarakan film-film bertema LGBT (Lesbian - Gay - Bisex - Transgender) yang sedang beredar luas. Semua orang menguatirkan film itu akan merusak kaum muda masa kini, dan mulai ribut-ribut memboikot film bertema hal terlarang tersebut.

Saya pribadi hanya bisa senyum saja, karena apa yang diributkan orang-orang itu "lebay" dan terbilang sangat terlambat. Film bertema LGBT bukan baru-baru ini muncul, tetapi sudah jauh-jauh hari. Bahkan sejak 1960-an, dunia sebenarnya sudah ramai dengan film-film bertema LGBT. Hanya saja peredaran film tersebut masih sangat terbatas di kalangan LGBT saja. Namun mulai memasuki era 1980-an, film-film LGBT sudah mulai terbuka dan beredar luas di layar bioskop komersial serta dinikmati penonton dengan bebas.

Film bertema LGBT tidak saja dibuat sineas Hollywood. Sineas Indonesia pun sebenarnya "cukup berani" dan sudah menampilkan tema ini di film-film mereka. Tentu saja karena penggambarannya yang sangat "sopan" dan "halus", tidak banyak yang menyadari kalau diam-diam tema LGBT sudah disusupi di film-film Indonesia.

Sejak tahun 1980-an hingga hari ini sudah banyak film bertema LGBT yang beredar luar di masyarakat. Jika Anda penasaran, berikut ini adalah 10 film Indonesia bertema LGBT yang sudah beredar dan cukup populer. Saya yakin Anda tahu film-film ini, hanya tidak menyadari saja kalau film ini bertemakan LGBT.

1. ISTANA KECANTIKAN (1988)
Film arahan sutradara Wahyu Sihombing ini adalah salah satu film Indonesia yang cukup populer di masanya. Tidak hanya sukses secara finansial, film ini pun mendapatkan 6 nominasi di ajang Festival Film Indonesia (FFI) 1988 untuk kategori Film Terbaik, Sutradara Terbaik, Aktris Terbaik (Nurul Arifin), dan Aktor Terbaik. Dan dari keenam nominasi tersebut, Mathias Muchus meraih penghargaan untuk kategori Aktor Terbaik.

Sekilas film ini adalah drama biasa yang bertutur tentang hubungan terlarang antara seorang gadis cantik bernama Siska (Nurul Arifin) dengan seorang pria bernama Sumitro (Agus Melasz). Ketika Siska hamil, Sumitro tidak mau bertanggung jawab dan mencari orang lain yang rela menikahi Siska.

Dia pun bertemu dengan Niko (Mathias Muchus), seorang pria yang sudah dipaksa keluarganya untuk segera menikah. Akhirnya Sumitro pun mempertemukan Niko dengan Siska, dan mereka pun menikah.

Ternyata diam-diam Niko adalah pria gay yang punya hubungan asmara dengan Toni (Toni Hidayat), seorang pegawai salon Istana Kecantikan. Mengetahui "suaminya" adalah gay, Siska malah menggoda Toni. Hal itu membuat Niko terbakar cemburu dan berusaha membunuh "istrinya" tersebut. Alih-alih, justru Toni yang terbunuh dan Niko pun harus mendekam di penjara akibat perbuatannya.



2. ARISAN ! (2003)
Film karya sutradara Nia Dinata ini tentu bukan film asing buat Anda sekalian. Film yang diperani Cut Mini Theo, Tora Sudiro, Surya Saputra, dan Aida Nurmala ini merupakan film drama-komedi Indonesia pertama di era 2000an yang ditonton lebih dari 100,000 orang penonton. Jumlah ini terbilang cukup besar pada masanya (jika dibandingkan dengan film masa kini, di mana penonton film Indonesia rata-rata sudah mencapai 1 juta penonton....).

Film ini secara blak-blakan menampilkan kehidupan sosialita Jakarta masa itu yang terbilang kontroversial. Satu hal yang paling mengejutkan adalah adanya adegan Tora Sudiro (memerani karakter Sakti) berciuman bibir dengan Surya Saputra (memerani karakter Nino). Adegan ikonik ini sempat menjadi perbincangan hangat, yang sekaligus mengangkat pamor film tersebut.

Film ini menjadi film kedua yang memenangkan 6 kategori utama di Festival Film Indonesia (FFI) 2003, termasuk Film Terbaik, Sutradara Terbaik, Aktor Terbaik, Aktris Terbaik, Aktor Pendukung Terbaik, dan Aktris Pendukung Terbaik. Film pertama yang pernah meraih prestasi demikian adalah film Ibunda (1986).

Atsa kesuksesan film ini, Jaringan Televisi Lokal AnTV pernah membuat versi sinetron film ini. Tapi tentu saja tanpa memasukkan adegan ciuman pria dengan pria tersebut. Bisa heboh kalo sampe ditonton anak-anak... !!!



3. THE SUN, THE MOON, AND THE HURRICANE (2016)
Film besutan sutradara Andri Cung ini sepertinya tidak tayang di Indonesia, karena saya sendiri tidak menemukan jadwal tayang film ini di bioskop manapun di seluruh kota Indonesia. Meski demikian film ini mendapat pujian dan respon yang positif dari para kritikus film saat tayang di International Film Festival (IFF) di Australia April 2016 silam.  Bahkan berkat film ini, Andri meraih penghargaan Sutradara Pendatang Baru Terbaik di Ajang Vancouver International Film Festival.

Film ini mengisahkan persahabatan 2 orang pria : Kris dan Rain. Dari awalnya bersahabat, hubungan mereka merambah menjadi hubungan kekasih. Namun karena karakter Kris yang posesif dan egois, Rain merasa kurang nyaman. Selain itu, muncul ketakutan dalam diri Rain tentang masa depannya, terutama jika masyarakat mengetahui dirinya gay. Karena itu, Rain pun meninggalkan Kris.

Kisahnya maju sekitar 15 - 20 tahun kemudian. Rain sudah menjadi pribadi yang lebih dewasa dan mandiri. Meski demikian, dia masih lajang serta menjalani hidup yang bebas. Tanpa sengaja dia bertemu kembali dengan Kris yang waktu itu telah menikah dengan seorang wanita. Pertemuan itu ternyata memunculkan benih-benih cinta lama mereka. Akankah Kris dan Rain akan bersatu kembali dalam jalinan tali kasih?



4. LOVELY MAN (2011)
Karya Sutradara Teddy Soeriatmadja ini menjadi salah satu legenda sendiri bagi perfilman Indonesia karena meraih banyak penghargaan internasional. Yang paling membanggakan dari film ini adalah saat mendapat kesempatan untuk diputar di acara Busan International Film Festival 2011.

Diprani Donny Damara dan Raihaanun, film mengharukan ini mengisahkan tentang seorang anak perempuan bernama Cahaya (Raihaanun) yang kangen ayahnya, kemudian memutuskan untuk mencari Ayahnya - Syaiful (Donny Damara) - yang bekerja di Jakarta. Setelah melalui pencarian yang melelahkan, Cahaya berhasil menemukan ayahnya. Tapi betapa kagetnya Cahaya kalau ternyata Ayahnya bekerja sebagai transgender untuk menafkahi keluarganya di kampung.

Meski mendapat kecaman dari sebuah ormas besar di Indonesia saat akan film ini diputar di Indonesia, namun film ini mendapatkan respon yang positif dari penonton Indonesia. Berkat aktingnya yang memukau pun, Donny Damara mendapatkan penghargaan Piala Citra FFI untuk kategori Pemeran Utama Pria Terbaik. Selain penghargaan di Indonesia, Donny Damara pun meraih penghargaan serupa di ajang internasional, seperti Osaka Asian Film Festival, Tiburon International Film Festival, dan Asian Film Awards.



5. BERBAGI SUAMI / LOVE FOR SHARE (2006)
Setelah mengejutkan penonton dengan tema LGBT di film Arisan!, Nia Dinata kembali menghebohkan penonton Indonesia dengan menyutradarai sebuah film kontroversial lain berjudul Love for Share (Berbagi Suami). Film bertemakan poligami ini diperani El Manik, Jajang C. Noer, Atiqah Hasiholan, Lukman Sardi, Ria Irawan, Rieke Diah Pitaloka, dan Shanty.

Meski ceritanya seputar kehidupan poligami, namun menjelang akhir film, Nia Dinata secara mengejutkan menampilkan hal tidak terduga : hubungan asmara lesbian antara Dwi (Rieke Diah Pitaloka) dan Siti (Shanty). Meski tidak ditampilkan secara eksplisit, namun di akhir cerita dikisahkan Dwi dan Siti memutuskan kabur dari rumah untuk kemudian hidup bahagia berdua. Olala....

Berkat aktingnya yang menawan, Rieke Diah Pitaloka dan Shanty masuk nominasi Piala Citra FFI 2006.



6. COKLAT STROBERI (2007)
Film garapan Sutradara Upi Avianto ini mengisahkan kisah 2 orang mahasiswi - Key (Nadia Saphira) dan Citra (Marsha Timothy) - yang kesulitan membayar rumah kontrakan mereka. Akhirnya demi meringankan biaya, mereka memasukan 2 orang laki-laki - Nesta (Nino Fernandez) dan Aldi (Mario Merdhitia) - untuk tinggal serumah dengan mereka demi membantu membayar uang kontrakan.

Awalnya Key dan Citra menganggap kedua pria itu biasa-biasa saja. Namun belakangan mereka menemukan kejanggalan pada kedua pria tersebut. Dan kecurigaan mereka terbukti : Nesta dan Aldi ternyata pasangan gay.



7.SANUBARI JAKARTA (2007)
Film antologi ini disutradarai oleh 10 sutradara Indonesia yang masing-masing menampilkan 1 cerita pendek tentang kehidupan percintaan kaum urban Jakarta. Yang mengejutkan : Semua cerita di film ini mengetengahkan kisah cinta para lesbian, gay, dan transgender.

Selain tema kontroversial, film ini tidak segan menampilkan adegan-adegan "dewasa" yang menekankan tentang kehidupan para pelaku LGBT tersebut. Seperti pada cerita Kentang (sutradara : Aline Jusria) yang menampilkan pasangan gay - Drajat dan Acel - yang melepas rindu di sebuah kamar kos. Saat mereka sedang bermesraan, selalu saja ada gangguan yang membuat mereka batal melampiaskan kerinduan mereka tersebut. Adegan bermesraan - termasuk ciuman bibir - ditampilkan apa adanya dan sangat intim.

Atau cerita Lumba-lumba (sutradara : Lola Amaria) yang bercerita tentang kisah cinta seorang guru TK bernama Adinda dengan Anggya, ibu dari salah seorang murid Adinda. Gilanya, ternyata suami Anggya sendiri adalah seorang biseks, dan diam-diam sedang punya hubungan gelap dengan seorang pria lain.

Secara umum, film Sanubari Jakarta adalah film ekstrim yang seolah-olah "didedikasikan" untuk para LGBT sejati, karena menampilkan semua sisi kisah cinta LGBT Jakarta dengan selugas-lugasnya, tanpa canggung, dan tanpa batasan sama sekali.



8. SELAMAT PAGI, MALAM (2014)
Film karya Sutradara Lucky Kuswandi ini sempat tayang beberapa saat di layar lebar Indonesia. Bahkan film ini pernah dipromosikan oleh sebuah stasiun televisi Indonesia dan disebut sebagai salah satu drama terbaik Indonesia tahun itu.

Film ini menampilkan sosok 3 wanita - Gia (Adinia Wirasti), Indri (Ina Panggabean), dan Ci Surya (Dayu Wijanto) - yang tinggal di Jakarta dan menghadapi sulitnya hidup di Ibukota.  Saat ketiga wanita itu bertemu, maka dimulailah petualangan dunia malam Jakarta yang penuh kejutan dan tidak terduga.



9. PART OF THE HEART (2013)
Film karya sutradara Paul Agusta ini diperani Endy Arfian, Ardy Rinady, Bunaya Yulius, dan Elbert Powa. Ceritanya terbilang cukup ekstrim : Mengisahkan tentang Peter (Endy Arfian), seorang pria dengan orientasi seksual homoseksual. Meski demikian, Peter mengharapkan untuk bisa hidup normal. Meski demikian, hal itu tidak mudah, sehingga membuatnya menjadi stres dengan dirinya sendiri.

Sepanjang 88 menit, Penonton akan disajikan 8 konflik yang dialami Peter yang terbagi menjadi delapan bab, dimulai sejak dirinya berusia 10 tahun hingga 40 tahun. Setiap konflik hidup Peter terbagi menjadi potongan bab film yang menggambarkan kehidupan Peter yang terpotong-potong.



10.  TENTANG DIA (2005)
Dan daftar ini saya tutup dengan film Tentang Dia yang disutradarai Rudy Soedjadwo. Film yang diperani Adinia Wirasti, Sigi Wimala, Fauzi Baadila, dan Didi Petet ini diangkat dari cerpen karya Melly Goeslaw.

Ceritanya bertutur tentang Gadis (Sigi Wimala) yang sakit hati karena dikhianati oleh kekasihnya. Dia kemudian menutup diri dan menjadi pemurung.

Dalam sebuah kecelakaan, Gadis berkenalan dengan seorang wanita bernama Rudi (Adinia Wirasti) yang kemudian mendorong Gadis untuk dapat menikmati hidupnya kembali. Saat Gadis telah dapat melepaskan bebannya, dia merasakan sikap Rudi yang tiba-tiba over-protektif pada dirinya. Gadis kemudian menyadari kalau Rudi jatuh hati padanya.

Film ini meraih 5 nominasi FFI tahun 2005 dan memenangkan 2 kategori : Aktris Pendukung Terbaik (Adinia Wirasti) dan Musik Terbaik (Anto Hoed).

Film Tentang Dia pun menelurkan beberapa lagu hits di masa itu, seperti "Tentang Dia" (duet Melly Goeslaw dan Evan Sanders), "Cinta" (duet Melly Goeslaw dengan Krisdayanti), "Cukup", dan "Biar Saja Ini Mengalir" (kedua lagu terakhir dinyanyikan Melly Goeslaw). Kesemua lagu tersebut merupakan ciptaan Melly Goeslow.


No comments:

Post a Comment