Showing posts with label polisi. Show all posts
Showing posts with label polisi. Show all posts
Movie Review - Crossroads : One Two Jaga (2018)
Judul Film : Crossroad - One Two Jaga
Sutradara : Nam Ron
Pemeran : Zahiril Adzim, Ario Bayu, Rosdeen Suboh, Asmara Abigail
Tanggal tayang : 6 September 2018
Film ini bisa dikatakan sebagai film "paling berani" yang pernah diproduksi sineas Malaysia. Gimana gak? Film ini mengangkat tema yang sangat sensitif : Korupsi dalam Kepolisian Malaysia, serta perlakuan tidak pantas yang dilakukan pihak kepolisian pada pekerja asing dan imigran gelap. Mungkin kalau film ini diproduksi sineas Indonesia, bakal disambut dengan demo dan aksi penolakan di mana-mana ya?
Film ini sebenarnya terbagi menjadi 3 cerita yang berbeda tapi saling berkaitan. Kisah pertama bercerita tentang Hussein (Zahiril Adzim) - seorang polisi baru - yang sedang menjalani masa pelatihan dengan didampingi oleh Hassan (Rosdeen Suboh) yang merupakan polisi senior. Saat melakukan patroli bersama, Hussein segera mengetahui kalau Hassan adalah polisi korup yang suka menilap uang.
Kisah kedua bercerita tentang Sugiman (Ario Bayu) - seorang pekerja imigran dari Indonesia - yang harus menolong adiknya, Sumiyati (Asmarah Abigail), agar bisa keluar dari Malaysia. Sumiyati juga adalah seorang TKW yang baru saja kehilangan paspor. Kalau tertangkap polisi, dia bisa dipenjara.
Kisah ketiga bercerita tentang seorang Komisaris Polisi bernama James (Kin Wah Chew) yang merupakan polisi korup kelas kakap. Dia selalu menangani hal-hal besar, yang tidak jarang menekan para "kliennya" untuk memberikan uang suap padanya. Salah seorang pengusaha yang sering menggunakan jasa James adalah Dato (Nam Ron). Namun diam-diam Dato punya rencana untuk menghancurkan James, sehingga dalam setiap transaksi, dia selalu merekam pembicaraannya dengan James, kemudian mengirimkan rekaman itu kepada orang-orang yang dipercayanya.
Ketiga kisah itu bersinggungan manakala James rupanya adalah Atasan Hassan, dan Hussein secara tidak sengaja membunuh anak Sugiman saat mencoba menangkap Sumiyati yang dianggap pekerja ilegal. Kejadian itulah yang kemudian membuat James, Hassan, da Hussein harus berurusan dengan polisi. Sedangkan Sugiman dan Sumiyati melarikan diri dari Malaysia.
Film ini memiliki alur yang sama dengan film Training Day (2001) yang diperani Denzel Washington dan Ethan Hawke, yang juga menceritakan tentang polisi senior yang korup. Meski demikian, film ini diracik dengan tampilan khas kehidupan masyarakat Malaysia yang kental, sehingga nyaris tidak terasa kalau film ini menjiplak film Hollywood tersebut. Akting para pemainnya begitu nyata, sehingga nyaris berhasil membuat saya mengira polisi Malaysia berperilaku seburuk itu.
DO YOU KNOW?
Selain menjadi pemeran utama, Ario Bayu juga bertindak sebagai Produser Eksekutif untuk film ini.
Skenario film ini ditulis oleh 5 orang penulis : Ayam Fared, Pitt Hanif, Nam Ron, Amri Rohayat, dan Muhammad Syafiq.
Awalnya film Crossroad : One Two Jaga hanyalah merupakan film konsep yang dibuat dan ditayangkan di Youtube pada tahun 2014. Ketika mendapatkan respon yang positif dari penonton YouTube, Sutradara Nam Ron memutuskan untuk menjadikan film itu sebagai film layar lebar berdurasi panjang.
Karena tema penyuapan polisi merupakan tema yang sangat sensitif, Nam Ron meminta Inspektur Polisi Khalid Abu Bakar (Komisaris Polisi Malaysia) untuk memeriksa draft skenario film sebelum diproduksi. Draft tersebut mengalami ditolak dua kali, sehingga harus direvisi. Pada revisi ketiga, skenario itu akhirnya disetujui untuk kemudian diproduksi.
Kisah Crossroad : One Two Jaga diadaptasi dalam bentuk novel berjudul sama oleh Sahidzan Salleh. Novel berjumlah 283 halaman tersebut diterbitkan oleh Penerbit Buku FIXI pada bulan Mei 2018.
Movie Review - Blood 13 (血十三, 2018)
Judul Film : Blood 13
Sutradara : Candy Li
Pemeran : Huang Lu, Xie Gang, Qian Bo, Li Heng, Li Bin
Tanggal tayang : 15 Juni 2018
Sebuah kota di sebelah Selatan Tiongkok digegerkan dengan penemuan sesosok mayat wanita yang menggantung di dalam kamar mandi di apartemennya. Tubuh sang wanita penuh luka dan darahnya dibiarkan mengucur ke ember kecil yang sengaja diletakkan di bawah tubuhnya.
Xing Min (diperani Huang Lu) - detektif kota tersebut, yang merupakan anak dari pensiunan Jendral di kepolisian - bersama asistennya, Mei Shuo (Li Heng), menyelidiki kasus pembunuhan tersebut. Mereka kemudian mendapat bantuan dari seorang detektif veteran bernama Zhou Min Sheng.
Dari penelusuran mereka, terungkap kalau korban adalah seorang PSK bernama Cheng Xiao (Dai Ya Fei). Sesaat sebelum dinyatakan hilang dan tewas, Cheng Xiao ditengarai berjumpa dengan tiga orang : kekasih adi Cheng Xiao, seorang supir taksi, dan seorang pejabat yang menjadi klien Cheng Xiao.
Namun lewat interogasi dan penyidikan mendalam, ketiga orang tersebut tidak terindikasi sebagai tersangka. Detektif Min Sheng meyakini kalau pembunuhan ini ada kaitannya dengan kasus pembunuhan PSK yang terjadi 15 tahun silam di kota lain yang tidak jauh dari kota yang sekarang. Tidak lama kemudian, terjadi lagi kasus pembunuhan yang terjadi pada 2 PSK lain.
Guna memancing sang pembunuh keluar, Xing Min memutuskan untuk menyamar menjadi PSK. Sementara itu, Detektif Min Sheng mulai membaca ada yang tidak beres dengan kasus ini, sehingga dia memulai penyidikan kembali dari awal dengan mempelajari semua fakta-fakta yang sudah ditemukan polisi. Dan akhirnya dia pun sadar siapa dalang pembunuhan itu sebenarnya.
Film ini sebenarnya sangat sukses "menjebak" penonton dengan promosinya : Judul film dan posternya cukup bikin penasaran. Dari sinopsisnya pun film ini mampu membuat penonton jadi kepingin nonton. Tapi sepertinya banyak penonton yang bakal kecewa dengan film ini.
Film berdurasi 88 menit ini memang menampilkan sebuah cerita detektif yang cukup menarik. Bahkan Sutradara Candy Li terbukti sangat berhasil membuat penonton terpaku ngeri dengan 5 menit pertama adegan di film ini yang terbilang cukup sadis. Sayang, kengerian dan ketegangan yang sudah dibangun di awal menjadi sia-sia karena menit-menit selanjutnya, film ini menjadi sangat kedodoran di mana-mana.
Konteks "pembunuh berantai" yang diusung film ini menjadi sangat absurb dan tidak masuk akal. Bagaimana mungkin seorang "Pembunuh Berantai" selama 15 tahun hanya mengincar 13 orang korban?
(Spoiler : Judul Blood 13 merujuk pada 13 korban yang diincar oleh Sang Pembunuh. Dalam film, dikisahkan bahwa pemicu dirinya menjadi pembunuh adalah saat istrinya memutuskan meninggalkannya dan menjadi PSK. Demi "menyucikan" istrinya yang sudah kotor, Sang Pembunuh kemudian membunuh 13 orang PSK. Aksi pembunuhan dilakukannya 15 tahun silam, dengan membunuh 10 orang PSK. Pembunuhan itu kemudian berhenti secara tiba-tiba tanpa penjelasan, dan "dilanjutkan" kembali 15 tahun kemudian).
Metode pembunuhan yang tidak konsisten, lokasi pembunuhan yang ga mungkin, waktu pembunuhan yang tidak logis, pemilihan korban yang sangat tidak jelas (meski ada polanya), dan bukti-bukti yang tidak konkret. Orang awam saja akan bertanya-tanya: Dengan ketidakjelasan demikian, bagaimana mungkin para polisi bisa menemukan pelakunya? Kalau di film ini, memang bisa saja karena para penonton sudah diarahkan untuk "mencurigai" pelakunya sejak awal, dan ceritanya sudah (dipaksakan) seperti itu. Tapi jika menggunakan nalar sehat, jelas sangat tidak masuk akal.
Dialog di film ini pun kurang greget dan terlalu dangkal. Penjelasan latar belakang kasus pun terlalu dipaksakan dan benar-benar tidak masuk logika.
Film ini pun ditutup dengan adegan kejar-kejaran mobil polisi dan pelaku kejahatan yang dibuat layaknya adegan kejar-kejaran era 70an. Teknik pengambilan gambarnya sangat tradisional dan tidak realistis.
Secara umum, film ini bisa dikatakan sebuah "produk gagal" yang sulit diterima penggemar film detektif. Kalau pun ada yang bisa menerima cerita semacam ini, tentu dengan catatan panjang (dan mungkin jauh lebih panjang dari skenarionya sendiri). Wajar jika kemudian pendapatan film ini tergolong biasa-biasa saja.
Saya pribadi cukup kecewa dengan film ini, meski sudah sangat berharap banyak karena melihat adegan awal yang cukup menjanjikan. Bagaimana dengan Anda?
Recommended Movie - 22 MENIT (2018)
Judul Film : 22 Menit
Sutradara : Eugene Panji dan Myrna Paramita Pohan
Pemeran : Ario Bayu, Ade Firman Hakim, Mathias Muchus, Ence Bagus
Tanggal tayang : 19 Juli 2018
Tanggal 14 Januari 2016 silam mungkin merupakan tanggal yang tidak akan dilupakan masyarakat Indonesia, terutama yang tinggal di Jakarta. Karena pada tanggal tersebut, terjadi serangkaian bom yang terjadi di Thamrin, khususnya di pertokoan Sarinah. Dan pada tanggal tersebut, masyarakat Indonesia bersatu mengumandangkan keberanian mereka menghadapi teror yang disebarkan oleh para teroris, sehingga kemudian muncul Gerakan "Kami Tidak Takut" dan "Turn Back Crime" yang legendaris hingga hari ini.
Film ini mengisahkan tentang Ardi (Ario Bayu), seorang anggota kepolisian anti-terorisme, yang pada tanggal 14 Januari 2016 mengantarkan anaknya ke sekolah. Dalam perjalanan ke sekolah, tiba-tiba terjadi serangan bom yang dilakukan teroris di wilayah Thamrin, dekat pertokoan Sarinah, Jakarta. Ardi dan rekan satu timnya turun tangan meringkus para teroris. Dalam 22 menit yang mencekam, Polisi dan Satuan Anti-Teroris berhasil melumpuhkan para teroris tersebut.
Untuk menampilkan kejadian yang realistis, proses pembuatan film sepenuhnya dilakukan di Jalan Thamrin dekat Pertokoan Sarinah. Selain itu, sebelum pengambilan gambar, para kru film telah berkoordinasi dan berdiskusi dengan pihak kepolisian untuk mendapatkan penjelasan yang detil mengenai kejadian sebenarnya saat aksi teror tersebut terjadi.
Film 22 Menit merupakan film yang sangat ditunggu masyarakat Indonesia. Dengan keberadaan film ini, diharapkan masyarakat Indonesia semakin paham tentang tindakan terorisme, dan semakin kuat menggalang persatuan untuk tidak takut teror ketakutan yang ditebar oleh para teroris.
DO YOU KNOW?
Proses pembuatan film 22 Menit sempat menghebohkan jagat maya karena tanggal 14 April 2018 silam, selama 1 hari penuh (dari pagi hingga pukul 18.00), sepanjang jalan Thamrin, Jakarta, ditutup oleh polisi untuk kepentingan pengambilan gambar di lokasi peledakan bom. Praktis penutupan jalan tersebut membuat terjadi kemacetan parah di lokasi tersebut. Selain karena banyaknya kendaraan yang diarahkan ke Jalur Alternatif, tetapi tidak sedikit juga penyebab kemacetan karena banyaknya warga yang antusias menonton proses pengambilan gambar.
Selain penutupan jalan, hal lain yang menghebohkan adalah terjadinya ledakan keras diiringi terbaliknya sebuah mobil merah di lokasi Thamrin tersebut. Hal ini tidak lain adalah bagian dari pengambilan gambar untuk kepentingan film 22 Menit. Meski proses pengambilan gambar dilakukan pada hari Sabtu (praktis tidak mengganggu jam kerja), tetapi tetap saja mengejutkan masyarakat yang kebetulan berada di lokasi tersebut.
Banyak Pejabat Polri dan polisi yang ikut andil dalam proses pembuatan film ini. Tetapi mereka semua tidak menjadi pemeran utama, melainkan cameo. Beberapa pejabat yang akan terlihat adalah Kapolri Tito Karnavian. Beliau akan berperan sebagai seorang pengendara sepeda motor yang melintasi Jalan Thamrin tanpa mengenakan helm. Akibatnya beliau ditilang oleh polisi yang berjaga di sana. Selain itu, Brigjen Krishna Murti pun ikut sebagai cameo di mana dia akan menjadi Tukang Sate yang berjualan di dekat lokasi pengeboman.
Subscribe to:
Posts (Atom)