Catalonia is not Spain / Catalunya bukan Spanyol
Bicara sepak bola saat ini tentu tidak lepas dari peran besar Blaugrana, Barcelona adalah salah satu Klub terbaik di dunia saat ini dan sangat susah untuk bilang tidak. Ditangan Pep Guardiola, Barcelona sudah merengkuh 12 gelar dalam waktu 4 tahun.
Barcelona mengubah sepak bola menjadi lebih berarti, "Mes Que Un Club" atau dalam bahasa Indonesia berarti "lebih dari sekedar klub". Sepak bola ala Barca bukan hanya tentang bola, lapangan, gawang, penonton, income club, dan masyarakat Catalan sendiri.
Ini tentu tak lepas dari sejarah Catalonia, Sejak dulu orang-orang catalonia ini menganggap diri mereka bukan bagian dari Spanyol, dan merupakan bangsa yang berada di bawah “penjajahan” Spanyol.
Anti-FrancoFranco melarang penggunaan bendera dan bahasa daerah Catalan. FC Barcelona kemudian menjadi satu-satunya tempat dimana sekumpulan besar orang dapat berkumpul dan berbicara dalam bahasa daerah mereka. Warna biru dan merah, Barcelona menjadi pengganti yang mudah dipahami dari warna merah dan kuning (bendera) Catalonia.
Francisco Franco
Franco kemudian bertindak lebih jauh. Josep Suñol, Presiden Barcelona waktu itu, dibunuh oleh pihak militer pada tahun 1936, dan sebuah bom dijatuhkan di FC Barcelona Social Club pada tahun 1938. Di lapangan sepakbola, titik nadir permusuhan ini terjadi pada tahun 1941 ketika para pemain Barcelona “diinstruksikan” (dibawah ancaman militer) untuk kalah dari Real Madrid. Barcelona kalah dan gawang mereka kemasukan 11 gol dari Real Madrid. Sebagai bentuk protes, Barcelona bermain serius dalam 1 serangan dan mencetak 1 gol. Skor akhir 11-1, dan 1 gol itu membuat Franco kesal. Kiper Barcelona kemudian dijatuhi tuduhan “pengaturan pertandingan” dan dilarang untuk bermain sepakbola lagi seumur hidupnya.
Sejak saat itu FC Barcelona menjadi semacam klub “anti-franco” dan menjadi simbol perlawanan Catalonia terhadap Franco, dan secara umum, terhadap Spanyol. Athletic Bilbao sampai saat ini tetap pada idealismenya untuk hanya merekrut pemain-pemain asli Basque, tetapi dari segi prestasi tidak sementereng Barcelona walaupun sama-sama merupakan klub yang belum pernah terdegradasi, dan penguasa Copa del Rey. Sementara yang dijadikan simbol musuh, tentu saja, adalah klub kesayangan Franco yang bermarkas di ibukota Spanyol, Real Madrid CF.
Rivalitas Barcelona vs Real Madrid (El Clasico)
Pada tahun 1973, seorang pemain Belanda yang kelak menjadi salah satu legenda Barcelona, Johan Cruyff, bergabung dari Ajax. Dalam pernyataan persnya ketika diperkenalkan, Cruyff menyatakan bahwa ia lebih memilih Barcelona dibanding Real Madrid karena ia tidak akan mau bermain di sebuah klub yang diasosiasikan dengan Franco. Bersama kompatriotnya, Johan Neeskens, mereka langsung membawa Barcelona memenangi gelar liga spanyol (setelah sebelumnya 14 tahun puasa gelar), dan dalam prosesnya tahun itu sempat mengalahkan Real Madrid di kandang Madrid sendiri dengan skor 5-0.
Johan Cruyff ( Legenda Barcelona )
Pada tahun itu Johan Cruyff dinobatkan sebagai pesepakbola terbaik Eropa, dan memberi nama anaknya dengan nama khas Catalan, yaitu Jordi. Statusnya sebagai legenda menjadi abadi. Jordi Cruyff sendiri pada akhirnya tidak pernah bisa sebesar ayahnya. Karir sepakbolanya lebih banyak dihabiskan di klub-klub medioker, meski sempat beberapa tahun memperkuat Manchester United.
Selanjutnya, permusuhan itu terus ada, meskipun tidak sesengit pada tahun-tahun awalnya, sampai sekarang. Bisa dibilang, rivalitas saat ini sudah lebih sportif dan berjalan dengan lebih “sehat”. Tapi permusuhan yang sejak dulu telah begitu mengakar menjadikan duel diantara keduanya selalu menjanjikan sesuatu yang spesial. Inilah mengapa duel antara Barcelona dengan Real Madrid yang terjadi setidaknya 2 kali setiap tahunnya (di liga Spanyol) disebut dengan el classico, karena memang menyajikan satu duel klasik dengan sejarah panjang terbentang dibelakangnya.
Meski berulang setiap tahun, akan tetapi saking monumentalnya duel ini membuat Johan Cruyff dan Bobby Robson ketika menjadi pelatih Barcelona pada era akhir 1980-an sampai akhir 1990-an sampai mengibaratkan el classico sebagai sebuah “perang”, bukan sekedar pertandingan sepak bola. Baik pelatih Real Madrid maupun pelatih Barcelona ketika menghadapi el classico akan merasa seperti membawa sepasukan serdadu perang, bukan sebuah kesebelasan sepak bola, karena begitu besarnya kehormatan yang dipertaruhkan.
Demikian juga pertaruhan bagi pelatih, karenaketika dia diangkat sebagai pelatih seolah sudah ada beban yang diberikan oleh klub: Anda boleh kalah dari siapa saja di liga ini,tapi JANGAN sampai kalah dari Real Madrid! Meski begitu di dalam lapangan, “peperangan” ini sepanjang sejarahnya selalu berlangsung dalam sportifitas yang tinggi, karena sportifitas pun merupakan satu bentuk kehormatan yang harus dijaga. Ini soal nama baik. Sebagai sebuah simbol perlawanan, kultur dan karakter Barcelona kemudian terbentuk dengan sendirinya. Siapapun pelatihnya, dan gaya apapun yang dipakai, karakternya hanya satu: Menyerang!. Sebagai penyerang, Barcelona bermaksud untuk mendobrak dominasi Real Madrid (dan bagi orang Catalonia, mendobrak dominasi Spanyol). Untuk itulah Barcelona pantang bermain bertahan, karena itu adalah simbol ketakutan. Kalah atau menang adalah hal biasa. Tapi keberanian memegang karakter, itulah yang menjadi simbol perlawanan.
Transfer pemain Barcelona ke Real Madrid = PenghianatanTransfer pemain adalah salah satu bentuk perang di luar lapangan. Dalam hal ini, perpindahan pemain dari Barcelona ke Real Madrid (maupun sebaliknya) akan dianggap sebagai sebuah bentuk pengkhianatan. Luis Figo mungkin adalah salah seorang yang paling mengerti mengenai hal ini. Direkrut oleh Barcelona pada tahun 1996, pemain Portugal yang kala itu “bukan siapa-siapa” tersebut kemudian menemui masa-masa jayanya. Barcelona memberinya peranan signifikan sebagai sayap kanan tim, dan bersama Rivaldo membawa Barcelona berjaya pada akhir tahun 1990an. Akan tetapi, pada tahun 2001, dunia tersentak ketika Figo menerima tawaran Real Madrid dengan iming-iming gaji dua kali lipat dan nilai transfer yang ketika itu menjadi rekor pembelian termahal seorang pemain sepak bola. Nilai itu melebihi batas klausul transfer Figo, sehingga Barcelona harus menerima tawaran tersebut berdasarkan aturan Bosman. Meski begitu, transfer itu tetap tidak akan terjadi seandainya Figo secara pribadi tidak menerima tawaran Real Madrid. Toh akhirnya Figo berkhianat. Pemain lain nya itu seperti Ronaldo yang pindah ke Real Madrid tapi dari Inter Milan.
Luis Figo ( Barcelona / Madrid )
Dalam duel el classico tahun berikutnya, ketika pertandingan dilangsungkan di Nou Camp(kandang Barcelona), Figo menerima sambutan monumental yang mungkin tidak akan dilupakannya seumur hidup. Seorang pendukung Barcelona di tengah-tengah pertandingan berhasil menerobos pagar petugas keamanan, sambil memakai bendera Barcelona sebagai jubah, kemudian berlari ke arah Figo membawa sebuah hadiah istimewa: sebuah kepala babi, lengkap dengan sedikit darah masih menetes dari lehernya. Ia kemudian melemparkan bendera Barcelona dan kepala babi itu ke arah Figo. Figo sendiri hanya terdiam menunduk beberapa saat, lalu berjalan menjauh. Entah apa yang ada dalam pikirannya saat itu, karena ia tahu kepala babi itu adalah simbol keserakahan dan pengkhianatan.
Video : fans Barcelona melempar kepala babi ke arah Luis Figo
FC Barcelona & UNICEFDalam misi kemanusian Barcelona mungkin saat ini adalah klub paling rajin, tercatat mereka bekerja sama dengan UNICEF di tahun 2006, yang perlu diingat adalah logo UNICEF yang terpajang pada kaos Barcelona Musim 2006/2007 - 2010/2011 mereka malah menyisihkan sebagian pendapatan mereka untuk disumbangkan ke UNICEF.
Logo Unicef Pada Jersey Fc Barcelona
Pada musim 2011/2012 akhirnya Barcelona baru bekerja sama dengan sponsor asal Qatar yaitu Qatar Foundation yang saat ini terpajang pada Jersey baru mereka yang lebih solid. Barcelona terus melebarkan sayap dan menegaskan pengaruh mereka dalam peran kemanusiaan, setelah menjalin kerja sama dengan pendiri Microsoft, Bill Gates dalam usaha memerangi penyakit polio pada beberapa bulan yang lalu.
Jiwa besar Barcelona untuk kemanusiaan inilah yang akhirnya membuat semua orang Respect terhadap Xavi Hernandez dkk tersebut. Tercatat hampir setiap hari info sepak bola baik media cetak maupun elektronik membicarakan Barcelona.
Hal ini juga sering kita jumpai saat Barcelona bertanding, bagaimana wasit sangat melindungi pemain Barcelona, wasit sangat menghormati Barcelona, rating hak siar mereka juga sangat tinggi. Tim-tim yang melawan mereka juga seperti tidak ingin bermain kasar atau melukai Messi cs.
Tercatat hanya rival abadi mereka yaitu Real Marid yang berani bermain kasar terhadap pemain-pemain Barcelona, wajar karena 2 tim inilah penguasa La Liga semenjak era millenium baru tahun, pada tahun 2002 dan 2004 hanya Valencia yang merusak pesta 2 (dua) raksasa Spanyol ini.
Sejak dulu Spanyol selalu mempunyai pemain2 yang berkualitas tapi selalu gagal di setiap turnamen yang mereka ikuti. salah satu alasan karena spanyol terdiri dari berbagai macam suku dan sulit di satukan. Catalan sejak dulu selalu menyumbang pemain untuk timnas Spanyol meski animo penonton timnas Spanyol di Catalan adalah yang terendah karena mereka selalu menganggap ‘Catalan is not Spain’. Mereka selalu ingin menjadi bangsa sendiri karena mereka merasa tidak ada hubungan darah dengan Spanyol, mereka adalah bangsa yang di jajah oleh Spanyol dan sekarang ingin merdeka.
Camp Nou Stadium
Sampai di Piala Eropa saat Spanyol menjadi juara Barcelona masih menjadi tulang punggung timnas Spanyol. Mungkin Torres yang mencetak goal final tapi itu umpan dari Xavi dan bersama Iniesta mereka lah yang membuat permainan indah timnas Spanyol dan Puyol menjadi benteng pertahanan timnas Spanyol.
Xavi setelah mencetak gol VS Rusia (Perempat Final Piala Eropa 2008 )
Setelah keberhasilan menjadi juara piala Eropa, sempat ada beberapa perayaan di Catalan tapi cuma berlangsung sesaat dan kembali sering terjadi demo menuntut kemerdekaan di Catalan. Mereka tetap pada tujuan nenek moyang mereka untuk merdeka sendiri tanpa adanya Spanyol.
Puncak dominasi Barcelona dan Catalan di timnas Spanyol adalah di Piala Dunia 2010 dan mereka untuk pertama kali nya menjadi juara. Goal di semifinal melawan Jerman di cetak oleh kapten Barcelona Carles Puyol dan goal paling bersejarah untuk Spanyol di final di Cetak oleh Andres Iniesta. Bayangkan dari starting eleven di final ada 7 pemain Barcelona! Puyol, Pique ( Belakang ) Iniesta, Xavi, Busquets ( Tengah ) Villa ( baru bergabung sebelum piala dunia ) dan Pedro ( Depan ), dan ada Valdes ( Kiper ) di cadangan. Sudah? Belum, karena masih ada pemain lain asal Catalan di Spanyol: Capdevilla ( Belakang / Villareal ), Reina ( Kiper / Liverpool ) dan pasti nya si ‘anak hilang’ Fabregas ( Tengah / Arsenal ). Total ada 11 pemain Catalan + Barcelona dari 22 pemain Spanyol di timnas.
Uniknya sehari sebelum partai final, di Catalan masih ada demo besar menuntut otonomi dan merdeka. Seakan melupakan putra-putra terbaik dari bangsa mereka sedang berjuang untuk Spanyol di piala Dunia.
Salah satu foto demo menjelang final piala dunia di catalan
Namun sekeras dan sebesar apapun demo di Catalan, para putra Catalan dan Barcelona tetep menunjukan semangat nya untuk Spanyol. Mereka bertarung dan bermain dengan sangat indah sampai mecetak sejarah membawa Spanyol juara duinia pertama kalinya. Tanpa mengecilkan peran dari pemain lain, Barcelona berhasil membawa Piala Dunia untuk Spanyol, tapi kita tidak boleh melupakan 2 kali aksi penyelamatan Casillas saat memblok tendangan Robben.
|
Xavi & Puyol. Dua pemain asli Catalan membawa bendera Catalan setelah Spanyol menjadi juara dunia
|
Oke. Terakhir, sebesar apapun protes dan demo rakyat Catalan terhadap pemerintah Spanyol semoga tidak terjadi di sepakbola karena Barcelona adalah salah satu klub harapan Spanyol dengan pemain-pemainnya yg ada di akademi mereka La Masia.
Sumber
▽
http://www.fcbarcelona.web.id/?s=Catalonia+is+Not+Spain+
http://tolegaler.blogspot.com/2011/12/catalonia-is-not-spain.html
No comments:
Post a Comment