Showing posts with label 2019. Show all posts
Showing posts with label 2019. Show all posts

Movie Review - KL Sepcial Force (2018)



Judul Film             : KL Special Force
Sutradara               : Syafiq Yusof
Pemeran                : Fattah Amin, Rosyam Nor, Syamsul Yusof
Tanggal tayang     : 8 Mei 2018

Sekelompok perampok menamakan diri mereka sebagai "Geng Anarkis" melakukan perampokan yang cukup berani : Mereka merampok Bank Damofa di siang hari, pada saat sedang ramai. Kepolisian Malaysia segera bertindak dan mengepung mereka. Namun, kelompok yang terdiri dari 4 perampok itu berhasil melarikan diri dari kepungan polisi. Mereka tidak saja berhasil menghancurkan barikade polisi, tetapi juga berhasil melukai dan membunuh beberapa orang polisi.

Beberapa saat sebelum melarikan diri, Asyaff (Syamsul Yusof) - pemimpin perampok itu - berhasil melumpuhkan Roslan (Rosyam Nor), Komisaris Polisi pemimpin pengepungan tersebut. Asyaff kemudian mengajak Roslan bekerja sama dengan menawarinya sejumlah uang.

Perasaan Roslan saat itu gundah. Di satu sisi Roslan sedang butuh uang untuk memenuhi kebutuhan perekonomian keluarganya. Tapi di sisi lain, dia ingin menegakkan keadilan dan berusaha menolak suap.

Pasca kejadian perampokan, Kepolisian Malaysia mendapat anggota polisi baru bernama Zul (Fattah Amin), yang ternyata tahu hubungan "khusus" Roslan dengna Asyaff. Rupanya dia sendiri adalah kaki-tangan Asyaff yang "ditugaskan" untuk bekerja sama dengan Roslan. Zul sendiri punya kekasih yang tidak lain adalah pemilik Bank Damofa.

Ketika Bank Damofa kembali mengalami perampokan di cabang lain, Zul dan Roslan mulai merasa ada yang tidak beres. Mereka memutuskan untuk bekerja sama menangkap Asyaff, meski mempertaruhkan nyawa dan jabatan mereka.

Kalau dicermati, alur film ini sebenarnya sangat mirip dengan film Infernal Affairs produksi Hong Kong. Meski demikian, tidak serta-merta dijiplak mentah-mentah. KL Special Force menampilkan banyak aksi-seru tembak-tembakan yang cukup seru. Satu hal yang saya takjub adalah adegan peledakan mobil yang selalu ditampilkan dengan sangat dramatis dan keren banget, ala-ala gaya John Woo dan film-film Hong Kong. Sangat keren.

Walau terbilang cukup menghibur, ada beberapa hal yang terasa dipaksakan dan agak mengganggu. Misalnya ada perampok yang tertangkap CCTV menyimpan bom di tong sampah 3 hari sebelum kejadian. Masalahnya rekaman CCTV yang ditunjukkan merekam gambar dengan sudut yang "terlalu rendah". Selain itu, masa sih ada tong sampah di tempat umum yang tidak penuh selama 3 hari dan tidak ada Petugas Kebersihan yang membersihkan tong sampah selama 3 hari?

Belum lagi aksi arogan polisi yang juga terkesan dipaksakan (misalnya Roslan yang seenaknya menutup sebuah restoran dan "memagarinya" dengan garis polisi hanya untuk berbicara dengan Zul di dalam restoran tersebut). Saya tidak tahu apakah adegan itu diprotes penonton, tapi sejujurnya adegan itu sangat tidak pantas ditampilkan karena dapat menjatuhkan citra polisi.

Dan hal lain yang cukup mengganggu adalah adegan yang menggunakan "darah". Entah mengapa, setiap ada adegan orang tertembak, nyaris tidak ada adegan peluru mengenai orang tersebut. Tahu-tahu orang yang tertembak langsung tersungkur ke tanah dengan darah menutupi sebagian tubuhnya (tidak jelas bagian tubuhnya yang mana yang tertembak).

Sedikit konyol, tapi cukup mengganggu.

Movie Review - Atterados (2018)




Judul Film           : Atterados (Terrified)
Sutradara             : Demian Rugna
Pemeran              : Maximiliano Ghione, Noberto Gonzalo, Elvira Onetto
Tanggal tayang   : 3 Mei 2018

Cukup jarang saya bisa menemukan film produksi Argentina, meski saya dengar banyak flm produksi Negara Perak tersebut. Secara kebetulan saya berhasil menemukan film horor ini. Meski tidak bisa dibilang film yang bagus, tetapi film ini terbilang cukup menarik untuk disimak.

Alkisah di sebuah wilayah di Kota Buenos Aires, terdapat sebuah kejadian paranormal misterius yang cukup mengerikan. Di sebuah keluarga, seorang suami menemukan istrinya tewas dengan cara yang sangat mengerikan. Polisi menduga kalau kematian istri pria tersebut adalah akibat penganiayaan, setelah mereka menemukan kamar mandi - tempat mayat sang istri ditemukan - dalam kondisi banjir darah.

Paranormal Jano Mario (Noberto Gonzalo), Mora Albreck (Elvira Onetto), dan Rosentock (George Lewis) menemui pria itu dan menginvestigasi kasus tersebut. Mereka menemukan kalau kejadian yang dialami pria tersebut memiliki kesaman dengan kejadian paranormal yang terjadi di Amerika Serikat tahun 1995 silam.

Tidak lama pasca kasus itu, seorang anak laki-laki - yang tinggal tidak jauh dari rumah tempat kejadian - tewas tertabrak bis. Namun setelah dimakamkan, anak tersebut tiba-tiba bangkit dari kubur dan kembali ke rumahnya. Kejadian itu sontak mengejutkan masyarakat sekitar.

Ketiga paranormal - ditemani Komisaris Funes (Maximiliano Ghione) - segera mendatangi rumah keluarga tersebut. Mereka menemukan anak keluarga tersebut sedang duduk di ruang makan. Awalnya mereka menduga itu hanyalah hoax, dan mungkin ada yang mencari sensasi saja. Tetapi setelah melihat mayat anak tersebut bergerak, mereka pun segera menyadari kalau memang terjadi aktiviatas paranormal di sana.

Ketiga paranormal itu segera menyidiki lingkungan perumahan tersebut. Mereka menemukan kalau ada kegiatan supranatural di sekitar wilayah tersebut. Namun, belum juga mereka membongkar apa yang terjadi, satu-persatu dari mereka tewas dengan mengerikan.

Atterados memang menawarkan tontonan yang sangat memacu adrenalin. Penuh kejutan dan kengerian. Meski sangat minim efek khusus, namun film ini cukup berhasil mengusung suasana mengerikan dan menakutkan, serta membawa penonton ke dalam suasana yang mencekam.

Sayang, film ini tidak menceritakan terlalu mendalam mengenai latar-belakang serta penyebab kejadian supranatural tersebut. Tidak ada penjelasan asal-usul dan kapan kejadian itu terjadi. Bahkan mahluk apa yang menghantui wilayah itu dan tujuannya melakukan hal itu, sama sekali tidak dibahas.

Secara keseluruhan, film ini hanya menampilkan keseramahn dan ketakutan saja. Memang ketakutan yang ditampilkan dalam film ini terbilang cukup "cerdas" : Nyaris tidak ada adegan kaget-kagetan, namun berhasil menggiring penonton untuk merasakan ketakutan lewat suasana yang kelam dan gelap. Beberapa adegan dibuat sangat senyap dan tanpa suara, sehingga memunculkan perasaan takut dari penonton. Tapi kalau bicara soal jalan cerita, mungkin Anda akan kecewa, karena banyak pertanyaan yang tidak terjawab di film ini.


Recommended TV Series - LEAVING NEVERLAND (2019)



Judul TV Seri               : Leaving Neverland
Ditayangkan                 : HBO
Tanggal tayang             : 3 - 4 Maret 2019
Total episode                : 2 

Beberapa waktu lalu, masyarakat Amerika Serikat dihebohkan dengan penayangan film dokumenter berjudul Leaving Neverland. Film produksi HBO ini disutradarai dan diproduseri Sineas Inggris Dan Reed, dengan durasi total 4 jam (yang dibagi menjadi 2 episode, dan ditayangkan tanggal 3 dan 4 Maret 2019 silam).

Film dokumenter ini berisi wawancara dengan 2 orang - Wade Robson dan James Safechuck - yang mengaku pernah mengalami pelecehan s*ksual oleh artis (almarhum) Michael Jackson.

Semasa hidupnya, Michael Jackson memang sudah sangat sering terseret kasus pelecehan seperti ini, khususnya pelecehan yang dilakukan olehnya pada anak-anak. Kasus besar yang tercatat dalam sejarah adalah kasus tahun 1993 saat Michael dituduh telah melakukan pelecehan terhadap Jordan Chandler, seorang anak laki-laki berusia 13 tahun. Michael menolak tuduhan itu namun bersedia membayar biaya pengadilan lebih dari US$ 15 juta, ditambah penyelesaian secara kekeluargaan dengan keluarga Chandler. Meski Michael tidak pernah secara resmi dihukum, namun kasus itu menjadi kasus pertama dan terbesar yang pernah dituduhkan pada Michael.

Kasus selanjutnya terjadi lagi pada tahun 2005 di mana Michael kembali mendapatkan serangkaian tuduhan telah melakukan pelecehan pada anak-anak. Tetapi lagi-lagi kasus itu berhenti dan diselesaikan lewat jalan damai.

Film ini mengambil perspektif dari kacamata Wade Robson dan Jimmy Safechuck, dua orang pria yang dulunya ditengarai pernah menjadi sahabat Michael Jackson saat mereka masih berusia sangat belia. Wade Robson - yang kini dikenal sebagai koreografer terkenal yang membuat koreografi untuk Britney Spears dan grup musik NSYNC - mengenal Michael Jackson di usia 5 tahun. Dia berhasil menjadi sahabat Michael saat memenangkan perlombaan menari ala Michael Jackson, di mana Wade menjadi peserta termuda saat itu.

Sedangkan Jimmy Safechuck mengenai Michael saat dia berusia 9 tahun, ketika membintangi iklan Pepsi-Cola.

Selain menampilkan wawancara kedua orang tersebut, film ini juga menampilkan wawancara dengan seluruh anggota keluarga Wade dan Jimmy, mulai dari saat perkenalan mereka dengan Michael Jackson, hingga dampak yang terjadi pada keluarga mereka pasca mengetahui kasus pelecehan yang menimpa anak mereka.

Pasca ditayangkan di Sundance Film Festival tanggal 25 Januari 2019, film ini mendapatkan respon yang sangat positif dari para penonton. Saat ditayangkan di televisi, film ini dibagi menjadi 2 bagian dan ditayangkan di Amerika Serikat dan beberapa negara Eropa (Inggris, Jerman, Spanyol, Norwegia, Swedia, dan lain-lain). Film ini ditonton lebih dari 2 juta menonton di seluruh dunia.

Pasca perilisan film tersebut, banyak negara yang kemudian memutuskan untuk tidak menayangkan lagu-lagu Michael Jackson di radio mereka. Beberapa di antaranya adalah Kanada (Radio CKOI dan Rhytme FM), Belanda (NH Radio), dan Selandia Baru (NZME Radio). Bahkan episode serial televisi animasi The Simpsons berjudul "Stark Raving Dad" yang menampilkan Michael Jackson sebagai bintang tamu ditarik dari peredaran.

Meski banyak orang yang memprotes tindakan Michael Jackson semasa hidupnya, namun tidak sedikit pula orang yang mendukung dan Michael Jackson. Banyak yang yakin kalau film Leaving Neverland dibuat hanya dari 1 sisi saja, dan para pembuat film tersebut tidak melihat dari sudut pandang yang lain.Walau demikian, Sutradara Dan Reed menyebutkan kalau dirinya telah berusaha netral saat membuat film ini, dan tidak berusaha menyudutkan Michael Jackson.

Sementara keluarga Michael Jackson menuntut HBO sebesar US$ 100 juta karena telah menayangkan film itu tanpa seizin mereka. Tapi tuntutan mereka dianulir pengadilan karena orang yang seharusnya melakukan tuntutan adalah Michael Jackson, dan dia sudah meninggal, sehingga tuntutan keluarga Michael Jackson tidak dapat diteruskan.



DO YOU KNOW? 
Di waktu yang nyaris bersamaan (tanggal 4 Maret 2019), Oprah Windfrey merilis tayangan televisi berjudul Oprah Windfrey Presents : After Neverland (direkam tanggal 2 Maret 2019) di mana Oprah mewawancarai Dan Reed, Wade Robson, dan Jimmy Safechuck, membahas film Leaving Neverland. Hadir dalam acara wawancara tersebut seluruh keluarga Wade Robson dan Jimmy Safechuck, serta para penonton yang semuanya pernah menjadi korban pelecehan s*ksual. Oprah sendiri pernah mengalami pelecehan yang dilakukan ayahnya waktu Oprah masih berusia sangat belia.

Pasca kesuksesan film dokumenter tersebut, Dan Reed berencana untuk membuat dokumenter wawancara dengan menghadirkan korban pelecehan Michael Jackson berikutnya : Jordy Chandler dan Gavin Arzino. Kedua anak itu ditengarai merupakan "Sahabat" Michael Jackson yang paling sering menginap di rumah Michael Jackson di Neverland.

Movie Review - The Super (2018)


Judul Film               : The Super
Sutradara                 : John J. McLaughlin
Pemeran                  : Patrick John Flueger, Val Kilmer, Louisa Krause
Tanggal tayang        : 19 Oktober 2018

Val Kilmer adalah salah seorang aktor senior yang memiliki kemampuan akting yang cukup baik. Sayang, tabiatnya yang buruk dan sering bikin masalah, membuatnya jarang mendapat kesempatan bisa bermain di film-film bermutu. Meski sempat bermain di film-film sukses seperti Top Gun (1986, bareng Tom Cruise), The Doors (1991, sebagai penyanyi legendaris Jim Morrison), True Romance (1993), Heat (1995), dan Batman Forever (1995, sebagai Bruce Wayne / Batman), namun karirnya justru tidak berkembang dan hanya bergerak di tempat.

The Super merupakan film terbaru Val Kilmer yang sebenarnya bukan film yang "super-super" amat. Meski demikian, film ini bisa dikatakan sebagai film "master-piece" terbaru Val Kilmer karena di film ini dia kembali menampilkan aktingnya yang sangat luar biasa dan bikin orang berdecak kagum padanya. Jadi meski mengusung alur yang sangat biasa (bahkan tidak terlalu istimewa buat para kritikus), film ini sangat tertolong oleh akting Val Kilmer yang keren banget. 


Bergenre horor, film yang disutradarai John J. McLaughlin ini mengisahkan tentang Phil Lodge (Patrick John Flueger), seorang mantan polisi yang memutuskan untuk mundur dari kesatuan pasca kematian istrinya akibat kebakaran. Bersama kedua anaknya - Violet (Taylot Richardson) dan Rose (Mattea Conforti) - Phil memutuskan untuk bekerja sebagai pengurus apartemen agar bisa dekat dengan kedua anaknya.

Phil diterima bekerja di sebuah apartemen yang disebut-sebut sebagai apartemen berhantu. Banyak penghuninya yang tiba-tiba menghilang dan tidak pernah ditemukan. Di apartemen tersebut, Phil berkenalan dengan rekan sekerjanya, Julio (Yul Vaquez) dan Walter (Val Kilmer). Dari kedua orang tersebut, Walter adalah rekan kerja yang paling misterius. Tidak hanya itu. Dia pun ternyata mempelajari ilmu Voodoo dan melakukan hal-hal aneh yang membuat bulu kuduk merinding.

Walter pun sudah memperlihatkan perilaku aneh pada keluarga Phil, sehingga Phil berusaha menjauhkan keluarganya dari Walter.

Ada apa dengan Walter? Apakah ada kaitan antara ilmu voodoo yang dipelajarinya dengan hilangnya para penghuni apartemen? Yang pasti, ada kejutan yang tidak terduga di 20 menit menjelang akhir film ....

Ya.... ending film ini memang sangat mengejutkan dan tidak terduga. Sayang, penyampaiannya terkesan dipaksakan, bahkan cukup ganjil dan ga masuk akal. Apalagi jika Anda benar-benar menyimak dari awal, tentu penjelasan di akhir film terasa makin tidak masuk akal dan absurb. Meski demikian, film ini sangat tertolong dengan akting Val Kilmer yang sangat gemilang. Aktingnya sangat luar biasa, dan berhasil membuat penonton merasa tidak nyaman serta ketakutan.



DO YOU KNOW? 
Produser film ini adalah Dick Wolf. Bagi penggemar serial televisi, namanya sudah tidak asing. Dialah produser dan kreator serial televisi Law & Order, serial televisi Amerika Serikat terpopuler di Amerika Serikat.

Dick Wolf
Sebagai informasi, Law & Order adalah serial televisi yang tayang sejak 1990 - 2010. Meski sudah berakhir masa tayangnya, namun serial ini sudah menjadi franchise dan memiliki beberapa serial lain seperti : Law & Order - Special Victims Unit (1999 - sekarang), Law & Order - Criminal Intent (2001 - 2011), Law & Order - Trial by Jury (2005 - 2006), Law & Order : LA (2010 - 2011), Law & Order - True Crime (2016), dan Law & Order - Hate Crimes (2019).

Sedangkan Patrick John Flueger adalah aktor Amerika yang populer berkat peran-perannya di serial televisi seperti The 4400 (2004 - 2007), Scoundrels (2010), Chicago Fire (2014 - 2018), dan Chicago PD (2014 - sekarang).
Randy Crenshaw

Theme song film ini adalah Beautiful Dream dan dinyanyikan oleh Randy Crenshaw. Randy sendiri adalah penyanyi dan komposer yang sering membuat lagu latar serta menyanyikan theme song untuk film-film populer seperti The Little Mermaid : Ariel's Beginning (2008), Blades of Glory (2007),  Family Guy (2005), The SpongeBob Squarepants Movie (2004), The Nightmare Before Christmas : Oogie's Revenge (2004), The Lorax (2012), dan lain-lain.


Daftar Lengkap Pemenang Oscar 2019


Ajang Academy Award yang barusan digelar 24 Februari 2019 pagi tadi (waktu Amerika Serikat) memunculkan banyak kejutan. Salah satunya adalah terpilihnya Green Book yang berhasil meraih penghargaan Best Picture, mengalahkan saingan beratnya : Black Panther, Bohemian Rhapsody, A Star Is Born, Roma, Vice, BlacKkKlansman, dan The Favourite.

Sedangkan penghargaan Best Actor jatuh pada Rami Malek berkat aktingnya yang luar biasa sebagai Freddie Mercury di film Bohemian Rhapsody. Dan Olivia Colman berhasil menyihir para penonton - dan juri Academy Award - dengan aktingnya yang gemilang sebagai Queen Anne di film The Favourite (garapan sutradara Yorgos Lanthimos).

Seperti yang sudah diramalkan Elton John beberapa minggu sebelum Ajang Acedemy Award, lagu "Shallow" yang dinyanyikan Lady Gaga dan Bradley Cooper terlilih sebagai Best Original Song. Lagu yang menjadi theme song film A Star is Born ini ditulis oleh Lady Gaga bareng Mark Ronson, Anthony Rossomando, dan Andrew Wyatt.

Untuk tahun ini, film The Favourite dan Roma bersaing ketat menjadi film yang paling banyak meraih nominasi Piala Oscar (10 Nominasi), disusul A Star is Born dan Vice (9 Nominasi) dan Black Panther (8 Nominasi).

Dan film Bohemian Rhapsody menjadi film yang meraih penghargaan Oscar terbanyak (4 penghargaan : Best Actor, Best Sound Editing, Best Sound Mixing, dan Best Film Editing). Disusul oleh Black Panther, Green Book, dan Roma yang masing-masing meraih 3 penghargaan Oscar.

Dan berikut ini adalah daftar lengkap Nominasi dan Pemenang Penghargaan Oscar di ajang Academy Award 2019 :

Best Picture
    Black Panther
    BlacKkKlansman
    Bohemian Rhapsody
    The Favourite
    WINNER: Green Book
    Roma
    A Star Is Born
    Vice

Best Actor
    Christian Bale — Dick Cheney in Vice
    Bradley Cooper – Jackson Maine in A Star Is Born
    Willem Dafoe — Vincent van Gogh in At Eternity's Gate
    WINNER: Rami Malek – Freddie Mercury in Bohemian Rhapsody
    Viggo Mortensen — Frank "Tony Lip" Vallelonga in Green Book

Best Actress
    Yalitza Aparicio – Cleodegaria "Cleo" Gutiérrez in Roma
    Glenn Close — Joan Castleman in The Wife
    WINNER: Olivia Colman – Anne, Queen of Great Britain in The Favourite
    Lady Gaga — Ally Maine in A Star Is Born
    Melissa McCarthy — Lee Israel in Can You Ever Forgive Me?

Best Supporting Actor
    WINNER: Mahershala Ali – Don Shirley in Green Book
    Adam Driver — Philip "Flip" Zimmerman in BlacKkKlansman
    Sam Elliott — Bobby Maine in A Star Is Born
    Richard E. Grant — Jack Hock in Can You Ever Forgive Me?
    Sam Rockwell — George W. Bush in Vice

Best Supporting Actress
    Amy Adams — Lynne Cheney in Vice
    Marina de Tavira — Sofía in Roma
    WINNER: Regina King – Sharon Rivers in If Beale Street Could Talk
    Emma Stone — Abigail Masham in The Favourite
    Rachel Weisz — Sarah Churchill in The Favourite

Best Director
    Spike Lee — BlacKkKlansman
    Pawel Pawlikowski — Cold War
    Yorgos Lanthimos — The Favourite
    WINNER: Alfonso Cuarón – Roma
    Adam McKay — Vice

Best Animated Feature
    Incredibles 2 — Brad Bird, John Walker, and Nicole Paradis Grindle
    Isle of Dogs — Wes Anderson, Scott Rudin, Steven Rales, and Jeremy Dawson
    Mirai – Mamoru Hosoda and Yūichirō Saitō
    Ralph Breaks the Internet – Rich Moore, Phil Johnston, and Clark Spencer
    WINNER: Spider-Man: Into the Spider-Verse — Bob Persichetti, Peter Ramsey, Rodney Rothman, Phil Lord, and Christopher Miller

Best Animated Short
    Animal Behaviour — Alison Snowden and David Fine
    WINNER: Bao — Domee Shi and Becky Neiman-Cobb
    Late Afternoon — Louise Bagnall and Nuria González Blanco
    One Small Step — Andrew Chesworth and Bobby Pontillas
    Weekends — Trevor Jimenez

Best Adapted Screenplay
    The Ballad of Buster Scruggs — Joel Coen and Ethan Coen
    WINNER: BlacKkKlansman – Charlie Wachtel, David Rabinowitz, Kevin Willmott, and Spike Lee
    Can You Ever Forgive Me? — Nicole Holofcener and Jeff Whitty
    If Beale Street Could Talk — Barry Jenkins
    A Star Is Born — Eric Roth, Bradley Cooper, and Will Fetters

Best Original Screenplay
    The Favourite — Deborah Davis and Tony McNamara
    First Reformed — Paul Schrader
    WINNER: Green Book – Nick Vallelonga, Brian Currie, and Peter Farrelly
    Roma — Alfonso Cuarón
    Vice — Adam McKay

Best Cinematography
    Cold War — Lukasz Zal
    The Favourite — Robbie Ryan
    Never Look Away — Caleb Deschanel
    WINNER: Roma — Alfonso Cuarón
    A Star Is Born — Matthew Libatique

Best Documentary – Feature
    WINNER: Free Solo — Jimmy Chin, Elizabeth Chai Vasarhelyi, Evan Hayes, and Shannon Dill
    Hale County This Morning, This Evening — RaMell Ross, Joslyn Barnes, and Su Kim
    Minding the Gap — Bing Liu and Diane Quon
    Of Fathers and Sons — Talal Derki, Ansgar Frerich, Eva Kemme, and Tobias N. Siebert
    RBG — Betsy West and Julie Cohen

Best Documentary – Short Subject
    Black Sheep — Ed Perkins
    End Game — Rob Epstein, Jeffrey Friedman
    Lifeboat — Skye Fitzgerald
    A Night at the Garden — Marshall Curry
    WINNER: Period. End of Sentence. – Rayka Zehtabchi and Melissa Berton

Best Live-Action Short Film
    Detainment – Vincent Lambe and Darren Mahon
    Fauve – Jérémy Comte and Maria Gracia Turgeon
    Marguerite – Marianne Farley and Marie-Hélène Panisset
    Mother – Rodrigo Sorogoyen and and María del Puy Alvarado
    WINNER: Skin — Guy Nattiv and and Jaime Ray Newman

Best Foreign Language Film
    Capernaum (Lebanon) in Arabic, directed by Nadine Labaki
    Cold War (Poland) in French and Polish, directed by Paweł Pawlikowski
    Never Look Away (Germany) in German, directed by Florian Henckel von Donnersmarck
    WINNER: Roma (Mexico) in Spanish and Mixtec, directed by Alfonso Cuarón
    Shoplifters (Japan) in Japanese, directed by Hirokazu Kore-eda

Best Film Editing
    BlacKkKlansman — Barry Alexander Brown
    WINNER: Bohemian Rhapsody — John Ottman
    Green Book — Patrick J. Don Vito
    The Favourite — Yorgos Mavropsaridis
    Vice — Hank Corwin

Best Sound Editing
    Black Panther —  Benjamin A. Burtt and Steve Boeddeker
    WINNER: Bohemian Rhapsody — John Warhurst and Nina Hartstone
    First Man — Ai-Ling Lee and Mildred Iatrou Morgan
    A Quiet Place — Ethan Van der Ryn and Erik Aadahl
    Roma — Sergio Diaz and Skip Lievsay

Best Sound Mixing
    Black Panther – Steve Boeddeker, Brandon Proctor, and Peter J. Devlin
    WINNER: Bohemian Rhapsody – Paul Massey, Tim Cavagin, and John Casali
    First Man – Jon Taylor, Frank A. Montaño, Ai-Ling Lee, and Mary H. Ellis
    Roma – Skip Lievsay, Craig Henighan, and José Antonio Garcia
    A Star Is Born – Tom Ozanich, Dean Zupancic, Jason Ruder, and Steve A. Morrow

Best Production Design
    WINNER: Black Panther — Hannah Beachler and Jay Hart
    First Man — Nathan Crowley and Kathy Lucas
    The Favourite — Fiona Crombie and Alice Felton
    Mary Poppins Returns — John Myhre and Gordon Sim
    Roma — Eugenio Caballero and Bárbara Enrı́quez

Best Original Score
    BlacKkKlansman — Terence Blanchard
    WINNER: Black Panther — Ludwig Goransson
    If Beale Street Could Talk – Nicholas Britell
    Isle of Dogs — Alexandre Desplat
    Mary Poppins Returns — Marc Shaiman and Scott Wittman

Best Original Song
    "All The Stars" from Black Panther by Kendrick Lamar and SZA
    "I'll Fight" from RBG by Diane Warren and Jennifer Hudson
    "The Place Where Lost Things Go" from Mary Poppins Returns by Marc Shaiman and Scott Wittman
    WINNER: "Shallow" from A Star Is Born by Lady Gaga, Mark Ronson, Anthony Rossomando, Andrew Wyatt, and Benjamin Rice
    "When A Cowboy Trades His Spurs For Wings" from The Ballad of Buster Scruggs by Willie Watson and Tim Blake Nelson

Best Makeup and Hairstyling
    Border – Göran Lundström and Pamela Goldammer
    Mary Queen of Scots – Jenny Shircore, Marc Pilcher, and Jessica Brooks
    WINNER: Vice – Greg Cannom, Kate Biscoe, and Patricia Dehaney

Best Costume Design
    The Ballad of Buster Scruggs – Mary Zophres
    WINNER: Black Panther — Ruth E. Carter
    The Favourite — Sandy Powell
    Mary Poppins Returns — Sandy Powell
    Mary Queen of Scots — Alexandra Byrne



Best Visual Effects
    Avengers: Infinity War – Dan DeLeeuw, Kelly Port, Russell Earl, and Dan Sudick
    Christopher Robin – Christopher Lawrence, Michael Eames, Theo Jones, and Chris Corbould
    WINNER: First Man – Paul Lambert, Ian Hunter, Tristan Myles, and J.D. Schwalm
    Ready Player One –  Roger Guyett, Grady Cofer, Matthew E. Butler, and David Shirk
    Solo: A Star Wars Story – Rob Bredow, Patrick Tubach, Neal Scanlan, and Dominic Tuohy

Movie Review - Blood 13 (血十三, 2018)



Judul Film           : Blood 13
Sutradara             : Candy Li
Pemeran              : Huang Lu, Xie Gang, Qian Bo, Li Heng, Li Bin
Tanggal tayang   : 15 Juni 2018

Sebuah kota di sebelah Selatan Tiongkok digegerkan dengan penemuan sesosok mayat wanita yang menggantung di dalam kamar mandi di apartemennya. Tubuh sang wanita penuh luka dan darahnya dibiarkan mengucur ke ember kecil yang sengaja diletakkan di bawah tubuhnya.

Xing Min (diperani Huang Lu) - detektif kota tersebut, yang merupakan anak dari pensiunan Jendral di kepolisian - bersama asistennya, Mei Shuo (Li Heng), menyelidiki kasus pembunuhan tersebut. Mereka kemudian mendapat bantuan dari seorang detektif veteran bernama Zhou Min Sheng.

Dari penelusuran mereka, terungkap kalau korban adalah seorang PSK bernama Cheng Xiao (Dai Ya Fei). Sesaat sebelum dinyatakan hilang dan tewas, Cheng Xiao ditengarai berjumpa dengan tiga orang : kekasih adi Cheng Xiao, seorang supir taksi, dan seorang pejabat yang menjadi klien Cheng Xiao.


Namun lewat interogasi dan penyidikan mendalam, ketiga orang tersebut tidak terindikasi sebagai tersangka. Detektif Min Sheng meyakini kalau pembunuhan ini ada kaitannya dengan kasus pembunuhan PSK yang terjadi 15 tahun silam di kota lain yang tidak jauh dari kota yang sekarang. Tidak lama kemudian, terjadi lagi kasus pembunuhan yang terjadi pada 2 PSK lain.

Guna memancing sang pembunuh keluar, Xing Min memutuskan untuk menyamar menjadi PSK. Sementara itu, Detektif Min Sheng mulai membaca ada yang tidak beres dengan kasus ini, sehingga dia memulai penyidikan kembali dari awal dengan mempelajari semua fakta-fakta yang sudah ditemukan polisi. Dan akhirnya dia pun sadar siapa dalang pembunuhan itu sebenarnya.

Film ini sebenarnya sangat sukses "menjebak" penonton dengan promosinya : Judul film dan posternya cukup bikin penasaran. Dari sinopsisnya pun film ini mampu membuat penonton jadi kepingin nonton. Tapi sepertinya banyak penonton yang bakal kecewa dengan film ini.

Film berdurasi 88 menit ini memang menampilkan sebuah cerita detektif yang cukup menarik. Bahkan Sutradara Candy Li terbukti sangat berhasil membuat penonton terpaku ngeri dengan 5 menit pertama adegan di film ini yang terbilang cukup sadis. Sayang, kengerian dan ketegangan yang sudah dibangun di awal menjadi sia-sia karena menit-menit selanjutnya, film ini menjadi sangat kedodoran di mana-mana.

Konteks "pembunuh berantai" yang diusung film ini menjadi sangat absurb dan tidak masuk akal. Bagaimana mungkin seorang "Pembunuh Berantai" selama 15 tahun hanya mengincar 13 orang korban?

(Spoiler : Judul Blood 13 merujuk pada 13 korban yang diincar oleh Sang Pembunuh. Dalam film, dikisahkan bahwa pemicu dirinya menjadi pembunuh adalah saat istrinya memutuskan meninggalkannya dan menjadi PSK. Demi "menyucikan" istrinya yang sudah kotor, Sang Pembunuh kemudian membunuh 13 orang PSK. Aksi pembunuhan dilakukannya 15 tahun silam, dengan membunuh 10 orang PSK. Pembunuhan itu kemudian berhenti secara tiba-tiba tanpa penjelasan, dan "dilanjutkan" kembali 15 tahun kemudian).

Metode pembunuhan yang tidak konsisten, lokasi pembunuhan yang ga mungkin, waktu pembunuhan yang tidak logis, pemilihan korban yang sangat tidak jelas (meski ada polanya), dan bukti-bukti yang tidak konkret. Orang awam saja akan bertanya-tanya: Dengan ketidakjelasan demikian, bagaimana mungkin para polisi bisa menemukan pelakunya? Kalau di film ini, memang bisa saja karena para penonton sudah diarahkan untuk "mencurigai" pelakunya sejak awal, dan ceritanya sudah (dipaksakan) seperti itu. Tapi jika menggunakan nalar sehat, jelas sangat tidak masuk akal.

Dialog di film ini pun kurang greget dan terlalu dangkal. Penjelasan latar belakang kasus pun terlalu dipaksakan dan benar-benar tidak masuk logika.

Film ini pun ditutup dengan adegan kejar-kejaran mobil polisi dan pelaku kejahatan yang dibuat layaknya adegan kejar-kejaran era 70an. Teknik pengambilan gambarnya sangat tradisional dan tidak realistis.

Secara umum, film ini bisa dikatakan sebuah "produk gagal" yang sulit diterima penggemar film detektif. Kalau pun ada yang bisa menerima cerita semacam ini, tentu dengan catatan panjang (dan mungkin jauh lebih panjang dari skenarionya sendiri). Wajar jika kemudian pendapatan film ini tergolong biasa-biasa saja.

Saya pribadi cukup kecewa dengan film ini, meski sudah sangat berharap banyak karena melihat adegan awal yang cukup menjanjikan. Bagaimana dengan Anda?

Movie Review - No Mercy (언니, 2019)



Judul Film              : No Mercy
Sutradara                : Gyeong Taek
Pemeran                 : Lee Si Young, Park Se Wan, Lee Joon Hyuk, Choi Jin Ho
Tanggal tayang      : 1 Januari 2019

Saat membaca judul film ini - apalagi melihat poster filmnya yang terbilang cukup "sadis" - para penonton diberi kesan kalau film ini akan menampilkan adegan super brutal dan sadis, seperti film Villainess, The Man From Nowhere, atau The City of Violence. Sayang, harapan Penonton ternyata tidak terbukti, karena film No Mercy justru terbilang sangat "soft" dan tidak menampilkan aksi sadis yang berlebihan.

Film ini mengisahkan tentang seorang wanita bernama Park In Ae (Lee Si Young) yang baru keluar dari penjara gara-gara membela adiknya yang mengalami pelecehan seksual dari seorang pria. Saat pulang, In Ae berjumpa dengan adiknya, Park Eun Hye. Sang adik yang masih duduk di bangku SMA mengalami sedikit keterbelakangan mental, sehingga sering dimanfaatkan teman-temannya. Meski demikian, Eun Hye tidak pernah menceritakan masalah ini pada kakaknya.

Satu ketika, teman-teman Eun Hye mengumpankannya pada seorang lelaki hidung belang, yang tidak lain adalah seorang anggota geng. Eun Hye ditawan oleh sang pria dan teman-teman Eun Hye dipaksa membayar uang tebusan sebesar 10 juta won. Karena tidak merasa punya kepentingan untuk menolong Eun Hye, mereka membiarkan saja Eun Hye ditawan sang anggota geng.

Karena adiknya tidak pulang ke rumah, In Ae memutuskan untuk mencari sang adik. Di sekolah, dia menemukan informasi tentang perlakuan teman-teman adiknya. Berbekal informasi itu, In Ae melabrak teman-teman Eun Hye. Dari sana, dia mendapatkan informasi keberadaan sang anggota triad. Sayangnya, Eun Hye sudah berpindah tangan ke orang lain, sehingga In Ae mencari lagi orang yang menyembunyikan adiknya. Belakangan, Eun Hye ditawan oleh seorang anggota legislatif yang pernah menidurinya. Saat mengetahui hal ini, In Ae pun segera melabrak sang legislatif.

Meski menjanjikan tontonan yang seru, film ini sebenarnya tidak seseru yang saya harapkan. Koreografi pertarungannya kurang realistis. Meski Lee Si Young aslinya adalah seorang petinju amatir di kehidupan nyata, namun kemampuan bela dirinya kurang terekspos di film ini. Dia berusaha tampil garang, tetapi film ini tidak memberikannya ruang yang besar baginya untuk menunjukkan kemampuanya. Alhasil beberapa adegan perkelahian antara Lee Si Young dengan para pria terkesan "dibuat-buat". Sayang sekali, mengingat kemampuan beladiri Si Young cukup mumpuni.

No Mercy tidak menampilkan hal yang cukup "memorabel" untuk diingat. Mungkin hanya sekali nonton saja, setelah itu bisa dilupakan.


8 Film yang Jalan Ceritanya Berubah Sesaat Sebelum Proses Shooting Berakhir

Biasanya - sebelum melakukan proses shooting film - tim kreatif film telah menentukan alur cerita dari awal hingga akhir. Proses inilah yang kemudian berkembang menjadi story-board (lembar cerita) dan berkembang menjadi pembahasan mengenai teknik pengambilan gambar dan lokasi pengambilan gambar, yang pada akhirnya berujung pada biaya pembuatan film.

Namun meski sudah dibahas di awal, saat proses pembuatan film berlangsung, ada saja kendala yang mengharuskan beberapa pihak - khususnya Sutradara dan Produser - mengambil keputusan untuk mengubah jalan cerita. Akibatnya cerita yang sudah ditentukan di awal, harus diubah. Hal ini berdampak pada perubahan skenario, yang kemudian berdampak pada semuanya (perubahan lokasi shooting, jadwal pengambilan gambar, dan lain-lain).

Tidak hanya film berbiaya murah yang sering mengalami hal ini, tetapi juga film berbiaya besar pun mengalami hal ini. Ada film yang justru meraih kesuksesan pasca perubahan ini, tetapi ada juga yang jeblok. Dan berikut ini adalah 10 film yang pernah mengalami perubahan jalan cerita beberapa saat sebelum proses shooting berakhir :

1. ROGUE ONE : A STAR WARS STORY (2016)
Film yang disutradarai Gareth Edwards ini merupakan salah satu film box-office yang luar biasa di tahun 2016. Dibuat dengan biaya US$ 265 juta, film ini mampu meraup keuntungan hingga US$ 1,058 milyar. Sungguh luar biasa.... !!

Tetapi siapa sangka kalau film ini justru mengalami banyak kendala selama proses pembuatannya? Salah satu yang paling krusial adalah perubahan alur cerita dan skenario yang terus-menerus. Perubahan ini bahkan terjadi sejak awal hingga akhir produksi. Salah satu perubahan radikal yang terjadi adalah tentang latar belakang karakter utama Jyn Erso (diperani Felicity Jones). Awalnya, karakter ini diceritakan sebagai mantan tentara dari Rebel Alliance berpangkat Sersan yang memutuskan untuk bergabung dengan Rebel Alliance. Namun di tengah proses produksi, latar belakang karakter ini diubah dan Jyn Erso disebut sebagai seorang kriminal yang bergabung dengan Rebel Alliance.

Perubahan ini cukup berdampak signifikan pada produk mainan yang diproduksi sebagai pendukung film tersebut, karena mainan itu sudah dibuat jauh sebelum filmnya diproduksi. Alhasil bungkus mainan karakter Jyn Erso masih mencantumkan nama "Sergeant Jyn Erso", meski karakternya tidak ada hubungannya dengan kesatuan militer.



2. CASABLANCA (1942)
Tidak dapat dipungkiri kalau Casablanca adalah film klasik dan merupakan salah satu film terbaik sepanjang waktu. Tetapi siapa sangka kalau proses pembuatan film ini tidak seperti yang diduga banyak orang?

Ketika Casablanca diputuskan untuk diproduksi, skenarionya belum tuntas dibuat. Karena itu, pengambilan gambar dilakukan secara berurutan, mengikuti urutan adegan di skenario. Jelas ini merupakan cara yang sangat tidak efisien dan tidak pernah dianjurkan para sineas di masa kini. Bahkan pada saat proses pengambilan gambar akan dilakukan untuk adegan terakhir, Howard Koch - salah seorang penulis skenario Casablanca - menjelaskan kalau timnya belum bisa memutuskan bagaimana akhir dari film tersebut.

Keputusan akhir cerita film Casablanca baru diputuskan beberapa hari sebelum tengat waktu penuntasan film, di mana di akhir adegan Kapten Louis Renault (diperankan Claude Rains) membebaskan Rick Blaine (Humphrey Bogart) dan membiarkannya pergi bergabung dengan Kelompok Free French di  Brazzaville. Dan sesaat sebelum pergi, Blaine mengatakan kalimat legendarisnya, "Louis, I this is the beginning of a beautiful friendship."


3. FIRST BLOOD (1982)
Rambo menjadi karakter ikonik setelah film First Blood sukses besar dan membuat nama Sylvester Stallone menjadi super-star papan atas dunia. Dibuat dengan biaya US$ 15 juta, film ini mampu meraup keuntungan hingga US$ 125 juta. Tapi jika Anda tahu skenario awal film ini, mungkinkah film ini akan meraih sukses seperti sekarang?

Awalnya, skenario First Blood dibuat jauh lebih kelam, di mana di akhir ceritanya, Rambo (Stallone) sudah terkepung polisi dan diminta untuk menyerah. Namun Rambo menolak. Kolonel Trautman (Richard Crenna) - sahabat Rambo - kemudian datang dan membujuk Rambo. Alih-alih menuruti sahabatnya, Rambo justru meminta Trautman untuk membunuhnya. Ketika Trautman menolak, Rambo akhirnya menodongkan pistolnya ke kepalanya, lalu bunuh diri.

Menurut Stallone, adegan tersebut ditampilkan sebagai gambaran kondisi sebenarnya yang dialami para veteran pasca Perang Vietnam, di mana mereka menghadapi tekanan dari masyarakat, yang pada akhirnya memaksa mereka untuk bunuh diri.

Setelah proses pembuatan film tuntas, Stallone dan Sutradara Ted Kotcheff baru menyadari kalau keseluruhan film sebenarnya sudah menggambarkan dengan jelas kondisi para veteran Vietnam tersebut : mulai dari disingkirkan, dikejar-kejar, dilecehkan, hingga bertahan hidup dalam kerasnya kehidupan di masyarakat. Dengan demikian, tidak perlu lagi mengakhiri film sedemikian mengenaskan. Namun mereka pun ragu penonton bisa menerima kalau adegan yang dibuat adalah adegan "happy-ending".

Karena itu, Stallone dan Kotcheff memutuskan untuk membuat 2 versi film dengan akhir cerita yang berbeda : Yang pertama menampilkan Rambo bunuh diri, yang kedua menampilkan Rambo menyerahkan diri. Dan setelah ditayangkan, para penonton lebih memilih versi di mana Rambo menyerahkan diri.



4. BRAZIL (1984)
Film garapan sutradara Terry Gilliam ini merupakan film surealis yang sangat kompleks. Meski kurang sukses secara finansial, film ini memiliki banyak penggemar fanatik hingga hari ini. Film yang diperani Charles McKeown dan Tom Stoppard ini bercerita tentang Sam Lowry (McKeown), seorang pria yang mencari seorang wanita yang selalu muncul dalam mimpinya.

Dalam petualangannya, Lowry mengalami serangkaian petualangan yang aneh, yang kemudian membuatnya ditangkap pihak berwajib. Awalnya, akhir cerita film ini menampilkan Lowry berhasil melarikan diri dari penjara, tetapi pelarian tersebut hanyalah halusinasi, karena dirinya masih terjebak di dalam penjara.

Akhir cerita ini ternyata tidak disukai oleh Distributor Film Amerika. Mereka berpendapat penonton lebih suka menyaksikan "happy-ending" daripada akhir yang menggantung. Agar film tersebut dapat dirilis, maka Tim Editing Film diam-diam (tanpa izin Sutradara Terry Gilliam) melakukan perubahan pada akhir film tersebut, sehingga akhir cerita menampilkan Lowry benar-benar berhasil melarikan diri dari penjara.Versi inilah yang dirilis dan ditayangkan di Amerika Serikat.

Saat mengetahui filmnya diedit tanpa seizinnya, Terry Gilliam kemudian mengundang para kritikus film ke rumahnya untuk menyaksikan versi asli film Brazil. Rupanya para kritikus menyukai versi tersebut. Bahkan versi awal film Brazil kemudian memenangkan penghargaan Best Picture di Ajang Lost Angeles Film Critics Award. Atas pencapaian ini, film Brazil kemudian dirilis ulang dengan akhir cerita seperti versi awal.



5. MISSION IMPOSSIBLE : ROGUE NATION (2015)
Ada yang menarik saat proses pemilihan pemeran di film Mission Impossible : Rogue Nation. Di film ini, Sean Harris terpilih sebagai karakter antagonis Solomon Lane. Sean setuju untuk memerani karakter ini dengan 1 syarat : karakternya harus tewas dibunuh Ethan Hunt (diperani Tom Cruise) di akhir film. Dia hanya ingin muncul sekali saja di franchise film Mission Impossible.

Awalnya, Sutradara Christopher McQuarrie setuju. Tetapi pada saat proses pembuatan skenario, McQuarrie (yang juga merangkap sebagai Penulis Skenario) melakukan metode yang tidak umum : Skenario dibuat tidak berdasarkan alur cerita, tetapi berdasarkan urutan lokasi yang ditemui McQuarrie. Akibatnya, setelah proses pembuatan film berjalan, McQuarrie baru menyadari kalau tidak ada adegan yang memungkinkan baginya untuk menampilkan Solomon Lane dibunuh Ethan Hunt.

Setelah melalui negosiasi yang cukup alot, akhirnya disepakati kalau karakter Solomon Lane tidak dimatikan dalam seri tersebut, namun dirinya hanya dijebak di dalam ruang kaca.



6. PRETTY IN PINK (1986)
Film drama remaja karya sutradara Howard Deutch ini menjadi film klasik karena alur kisahnya yang tidak umum. Tidak hanya filmnya, namun lagu pendukung film ini (Pretty in Pink yang dinyanyikan grup The Psychedelic Furs) menjadi lagu yang sangat populer di masa itu, bahkan berhasil duduk di peringkat keempat tangga lagu Billboard Hot 100.

Pretty in Pink mengisahkan tentang seorang gadis bernama Andie Walsh (Molly Ringwald) yang terjebak dalam cinta segitiga. Ada 2 orang pria yang jatuh hati padanya : seorang anak kaya berwajah tampan bernama Blaine (Andrew McCarthy) dan tetangga Andie yang buruk rupa bernama Duckie (Jon Cryer).

Di skenario awal, Andie dan Duckie jadian. Tapi saat proses pembuatan film dimulai, Molly Ringwald dan Andrew McCarthy justru menunjukkan kedekatan yang sangat baik. Hal ini membuat proses pengambilan gambar menjadi sangat "kagok" dan kurang tepat. Meski demikian, Sutradara Howrd Deutch tetap bertahan untuk membuat film sesuai alur yang dibuat di skenario.

Ketika selesai dibuat, film kemudian menjalani proses screening. Hasilnya sangat mencengangkan : para penonton tidak suka dengan akhir cerita film itu. Adegan yang ditampilkan kurang meyakinkan. Bahkan para penonton wanita memprotes akhir cerita film tersebut, dan menilai karakter Andie selayaknya mendapatkan pasangan kekasih pria yang tampan.

Melihat respon negatif tersebut, Howard Deutch kemudian meminta John Hughes - penulis skenario Pretty in Pink - untuk mengubah akhir cerita film tersebut, kemudian melakukan pengambilan gambar kembali. Dan akhir cerita berubah menjadi : Andie jadian dengan Blaine.

Meski akhir cerita film telah berubah, masalah ternyata masih ada. Saat masih dalam proses pembuatan, naskah film Pretty in Pink dibuat dalam bentuk novel. Dan ketika cerita filmnya diubah, novel sudah dalam proses cetak, sehingga ceritanya tidak mungkin diganti. Alhasil, akhir cerita novel masih mengikuti alur awal film dan sangat berbeda dengan versi layar lebarnya.




7. WORLD WAR Z (2013)
Film garapan sutradara Marc Forster ini merupakan salah satu film box-office di tahun 2013. Bercerita tentang dunia yang dikuasia zombie dan perjuangan sisa manusia dalam menghentikan pandemi zombie, film ini menuai banyak pujian dan kritikan. Pujian diberikan pada akting Brad Pitt serta penggunaan teknik CGI yang terbilang sangat canggih di waktu itu. Tapi kritikan juga terlontar dikarenakan akhir cerita yang menggantung, seolah-olah akan ada sekuelnya (meski hingga hari ini sekuel film World War Z masih belum jelas kapan akan diproduksi).

Tidak banyak yang tahu kalau proses pembuatan film World War Z tidaklah mudah. Skenario film sempat mengalami perubahan berkali-kali sehingga fokus cerita sempat "tidak nyambung". Bahkan setelah film selesai dibuat, Sutradara Simon Crane merasa tidak puas dengan hasilnya, sehingga dia melakukan sesuai yang tidak pernah dilakukan sutradara manapun sebelumnya : Membuat ulang 40 menit terakhir dari film tersebut. Alhasil biaya pembuatan melonjak tajam.

Meski demikian, dengan hasil pendapatan yang sangat memuaskan, tidak ada orang yang keberatan dengan apa yang dilakukan. Crane.




8. THE SHINING (1980)
Tidak dapat dipungkiri kalau film arahan Stanley Kubrick ini penuh dengan cerita menarik, baik filmnya sendiri maupun proses pembuatannya. Dan salah satu hal "baru" yang paling menarik dari film ini adalah tentang pasca produksi film ini.

"Seharusnya" di bagian akhir film The Shining terdapat adegan yang menampilkan Jack Torrance (Jack Nicholson) duduk membeku di taman labirin, sementara Wendy Torrance (Shelley Duvall) - istri Jack - dan Danny Torrance (Danny Lloyd) - anak Jack - sedang berbicara dengan polisi.

Pada saat premier film ini di Los Angeles dan New York, Kubrick memutuskan untuk membuang adegan ini karena tidak berguna dan tidak relevan dengan keseluruhan film. Karena kopi film sudah terdistribusi ke seluruh Amerika Serikat, maka Kubrick menugaskan para asistennya untuk keliling ke seluruh bioskop di Amerika Serikat untuk memotong adegan tersebut dan mengeditnya sebelum ditayangkan.

Kini adegan itu tidak pernah ada di versi manapun. Meski demikian, bukti kalau adegan itu pernah ada dan pernah dibuat dapat dilihat pada serangkaian foto yang ada di studio Kubrick (seperti yang tampak pada foto di atas).





8 Film Keren yang Akan Rilis Februari 2019

Sebentar lagi kita akan melangkah ke bulan kedua tahun 2019. Ada banyak film keren yang sudah menanti dan recommended banget buat para moviegoers.

Ga perlu banyak ngomong, berikut ini adalah film-filmnya ya....

1 MISS BALA (Rilis : 1 Februari 2019)
Sutradara      : Catherine Hardwicke
Pemeran       : Gina Rodriguez, Ismael Cruz Cordova, Anthony Mackie

Awal Februari diawali dengan film super seru produksi Spanyol ini. Film bergenre thriller ini mengisahkan tentang Gloria (Gina Rodriguez) - seorang make-up artis dari Los Angeles - harus berurusan dengan kartel narkoba di Meksiko. Hal ini terjadi secara "kebetulan" saat dirinya mengunjungi sahabatnya di Tijuana, Meksiko.

Saat sedang berpesta, tiba-tiba sahabat Gloria diculik kelompok kartel narkoba. Jika ingin sahabatnya selamat, Gloria harus menyelundupkan narkoba milik kelompok itu. Gloria tidak bisa melaporkan kejadian ini pada polisi karena ada oknum polisi - termasuk Polisi Anti Narkoba - yang terlibat dalam jaringan kartel tersebut.

Tidak ada cara lain : Gloria harus memutar otak untuk bisa lepas dari cengkraman kartel tersebut. Dan Gloria mempertaruhkan segalanya untuk bisa mengubah keadaan dan menghancurkan kartel tersebut, serta menyelamatkan sahabatnya tersebut.



2. THE INFORMER (Rilis : 1 Februari 2019)
Sutradara         : Andrea Di Stefano
Pemeran          : Joel Kinnaman, Rosamund Pike, Clive Owen, Common, Ana de Armas

Diadaptasi dari novel Three Seconds karya Roslund / Hellstrom, film super seru produksi Inggris ini mengisahkan tentang Pete Koslow (Joel Kinnaman), seorang mantan kriminal yang direkrut oleh agen FBI korup untuk menyusup ke dalam geng Polandia yang melakukan operasi mereka di New York.

Saat melakukan penyidikan, Pete tertangkap polisi dan dijebloskan ke penjara. Celakanya, banyak orang di dalam penjara mengetahui identitas Pete sebenarnya. Bahkan ada beberapa orang yang kenal dekat dengan anggota geng Polandia.

Pete harus bertarung melawan waktu, berusaha keluar dari penjara, sekaligus membongkar kejahatan geng Polandia, sebelum identitasnya bocor.



3.THE LEGO MOVIE 2 : THE SECOND PART (Rilis : 8 Februari 2019)
Sutradara                : Mike Mitchell
Pemeran                 : Chris Patt, Elizabeth Banks, Tiffany Haddish, Charlie Day

Butuh 5 tahun bagi Warner Animation untuk merilis sekuel film The Lego Movie, yang sebelumnya menjadi film box-office di tahun 2014. Dan akhirnya film tersebut bisa rilis juga tahun ini. Film The Lego Movie 2 : The Second Part merupakan film layar lebar Lego keempat yang dirilis. Sebelumnya, Lego sudah merilis film The Lego Batman Movie, The Lego Ninjago Movie, dan The Lego Movie. Alur The Lego Movie 2 sendiri merupakan kelanjutan dari film The Lego Movie.

Dikisahkan 5 tahun pasca kejadian di seri pertama, Emmet Brickowski (Chris Pratt) - pekerja konstruksi di Bricksburg yang menjadi tokoh utama film ini - kembali ke kehidupan sehari-harinya. Kota Bricksburg pun kini menjadi kota yang tenang dan damai.

Tapi kedamaian Kota Bricksburg terusik ketika Duplo - kelompok penguasa yang bersebarangan dengan Lego - meluluh-lantakkan kota Bricksburg. Untuk menyelamatkan penduduk Bricksburg dari amukan Duplo, Emmet pun meminta bantuan teman-temannya untuk menghadapi musuh. Dan perang di Negara Lego itu pun terjadi kembali.



4.  COLD PURSUIT (Rilis : 8 Februari 2019)
Sutradara                : Hans Petter Moland
Pemeran                 : Liam Neeson, Laura Dern, Emmy Rossum, Tom Bateman

Film adaptasi dari film Norwegia Kradtidioten (In Order of Disappearance; 2014), mengisahkan tentang Nelson Coxman (Liam Neeson), seorang petugas pembersih salju di Rocky Mountains. Satu ketika anaknya dibunuh oleh salah seorang anggota kartel narkoba.

Dendam atas kematian anaknya itu, membuat Nelson menuntut balas dengan menghabisi orang-orang yang bertanggung jawab atas kematian anaknya tersebut.



5. THE PRODIGY (Rilis : 8 Februari 2019) 
Sutradara                  : Nicholas McCarthy
Pemeran                   : Taylor Schilling, Jackson Robert Scott, Colm Feore

Sebuah film horor lagi yang tayang bulan ini, dan dipastikan akan bikin Anda mengalami mimpi buruk akut.

Film ini mengisahkan tentang seorang anak kecil bernama Miles (Jackson Robert Scott) yang super-cerdas. Namun satu ketika dia menunjukkan perilaku aneh dan tidak wajar. Awalnya orang tuanya menganggap Miles mengidap gangguan psikologis. Namun semakin lama, perilaku Miles menunjukkan keganjilan yang makin mengerikan. Merasa anaknya mengalami kerasukan, orang tua Miles memutuskan untuk menyidiki apa yang membuat anak mereka demikian.

Jika Anda merasa pernah melihat wajah anak pemeran Miles,  maka Anda memang sangat jeli sekali. Pemeran Miles adalah Jackson Robert Scott, yang tidak lain adalah pemeran Georgie Denbrough, adik dari Bill Denbrough di film It (2017). Georgie adalah anak kecil berjas hujan kuning yang tewas dimakan Pennywise the Clown di awal film.



6. HAPPY DEATH DAY 2U (Rilis : 13 Februari 2019)
Sutradara                : Christopher Landon
Pemeran                 : Jessica Rothe, Israel Broussard Suraj Sharma, Ruby Modine

Tahun 2017 silam, film Happy Death Day merupakan salah satu film horor yang cukup sukses. Film ini mengisahkan seorang gadis bernama Theresa Gelbman (Jessica Rothe) yang terjebak di dalam lingkaran waktu dan terus-menerus mengalami kejadian pembunuhan dari sosok bertopeng dan berpakaian hitam.  Lewat "pengalaman" terbunuh berkali-kali, Theresa belajar bagaimana cara menghindarkan dirinya dari kejaran sang pembunuh. Pada akhirnya Theresa berhasil menyibak identitas pelaku pembunuhan sebenarnya.

Nah, seri ini mengisahkan kejadian 2 tahun pasca kejadian di seri pertama. Kali ini Theresa kembali terjebak dalam lingkaran waktu di mana ternyata ada pelaku pembunuhan lain yang mengincar dirinya. Theresa harus mencari jalan untuk keluar dari lingkaran waktu itu, atau dia akan tewas kembali untuk kedua kalinya.



7. ALITA : BATTLE ANGEL (Rilis : 14 Februari 2019)
Sutradara                 : Robert Rodriguez
Pemeran                   : Christoph Waltz, Jennifer Connelly, Mahershala Ali, Ed Skrein

Film yang diproduseri James Cameron ini terbilang merupakan film fiksi ilmiah yang sangat keren dan super canggih. Film ini menggabungkan antara animasi dan adegan nyata di mana percampuran keduanya menghasilkan adegan yang sangat memanjakan mata.

Diadaptasi dari manga Gunnm (Battle Angel Alita) karya Yukito Kishiro, film ini mengisahkan tentang Alita (Rosa Salazar) - sebuah "core" robot yang terbangun tanpa ada memori sama sekali. Dengan bantuan Dokter Dyson Ido (Christoph Waltz), Alita kemudian mendapatkan badan baru. Badan tersebut memungkinkan dirinya untuk melakukan banyak hal luar biasa dan mengejutkan, termasuk kemampuan bertarung.

Saat mencari tahu jati-dirinya, Alita harus berhadapan dengan banyak manusia mekanik yang mengincar nyawanya.



8. THE RHYTHM SECTION (Rilis : 22 Februari 2019)
Sutradara                : Reed Morano
Pemeran                 : Blake Lively, Jude Law, Sterling K. Brown

Setelah sukses berperan sebagai Albus Dumbledore di film Fantastic Beasts : The Crimes of Grindelwald (2018), tahun ini Jude Law kembali berakting dalam film thriller super seru. Tapi berbeda dengan film sebelumnya, di film ini dia berperan sebagai karakter antagonis.

Film ini bertutur tentang seorang wanita bernama Stephanie Patrick (Blake Lively) yang baru kehilangan keluarganya karena kecelakaan pesawat. Bagi Stephanie, kecelakaan tersebut bukan kecelakaan yang wajar dan dia memutuskan untuk menyidiki penyebab kecelakaan maut tersebut.

Semakin dalam penelusuran yang dilakukannya, semakin terkuak kalau ada oknum-oknum yang memang sengaja melakukan sabotase untuk membungkam seseorang yang ada di pesawat. Dan Stephanie memutuskan untuk mengungkap jati diri pelaku kecelakaan tersebut.






Recommended Movie - PSP : Gaya Mahasiswa (2019)


Judul Film          : PSP - Gaya Mahasiswa
Sutradara            : Hilman Mutasi 
Pemeran             : Rizky Firdaus Wijaksana, Adjis Doaibu, Dimas Danang, Imam Darto, Aura Kasih
Tanggal tayang  : 31 Januari 2019

Di era 1970an ada sebuah grup musik melayu yang cukup unik bernama OM PSP (Orkes Moral Pancaran Sinar Petromaks). Personel grup musik ini adalah para mahasiswa Universitas Indonesia yang kala itu berkampus di daerah Rawamangun, Jakarta Timur. Mereka adalah Ade Anwar (Vokal, gendang 1), Monos (Vokal, Gitar), Omen (Vokal, ukulele), Rizali Indrakesumah (vokal, mandolin), Didin (tamborin), Aditya (gendang 2), Andra Ramadan Muluk (marakas), dan James R. Lapian (bas).

Musik yang mereka bawakan adalah musik dangdut dan lagu-lagunya merupakan plesetan dari lagu-lagu dangdut yang sedang populer saat itu. Berkat keunikan mereka itu, nama OM PSP dengan cepat melejit dan langsung disukai banyak kalangan, mulai dari mahasiswa, anak-anak hingga orang tua. Pasca meraih kesuksesan, OM PSP mulai menciptakan lagu sendiri, yang tentu saja masih bernuansa dangdut dengan lirik-lirik yang jenaka. Beberapa lagu mereka yang sukses antara lain Fatime dan Drakula. Mereka pulalah yang kemudian dianggap sebagai Pelopor Genre Musik Dangdut Humor, yang kemudian menjadi salah satu genre musik dangdut yang masih disukai hingga hari ini.

Selain sukses di dunia tarik suara, OM PSP juga berkesempatan bermain dalam film. Salah satu film mereka yang cukup populer adalah Manis-Manis Sombong (1980) yang tidak lain merupakan film perdana mereka.
Hingga hari ini para personal OM PSP masih ada. Meski usia sudah uzur, namun semangat berkarya mereka kuat hingga hari ini.

Untuk menghormati karya serta nama besar mereka yang legendaris, MAX Pictures memutuskan untuk membuat film PSP - Gaya Mahasiswa. Diperani oleh para jebolan acara Stand Up Comedy (plus Dimas Danang dan Imam Darto), film ini mengadaptasi ulang film Manis-Manis Sombong. Tentu saja dibuat dalah suguhan kekinian yang lebih segar dan menarik.

Secara garis besar, film ini mengisahkan tentang awal berdirinya grup musik OM PSP yang anggotanya merupakan para mahasiswa Universitas Indonesia. Saat pertama kali muncul dengan mengusung musik dangdut, mereka dianggap sebelah mata oleh banyak orang. Namun para mahasiswa tersebut pantang menyerah dan terus berjuang untuk tetap eksis.

Sementara itu, hubungan mereka menjadi sedikit bersitegang saat berkenalan dengan seorang gadis bernama Fatima (Aura Kasih). Kecantikan Fatima menarik hati semua personil OM PSP, sehingga kesemuanya bersaing untuk mendapatkan hati Fatima. Alhasil, persaingan tersebut menginsipirasi mereka untuk menciptakan lagu "Fatime" yang kelak menjadi lagu andalan dan legendaris mereka.

Lagu-lagu OM PSP yang tampil di film ini semuanya merupakan lagu-lagu yang sudah dibuat ulang dengan gaya yang sangat modern, agar dapat diterima masyarakat masa kini. Musiknya pun terasa sangat modern dan menggelitik, sehingga terasa sangat asyik untuk didengar oleh masyarakat milenial di masa kini.



DO YOU KNOW?  
Ide pembuatan film "PSP - Gaya Mahasiswa" terinspirasi dari kesuksesan film Warkop DKI Reborn (2017). Adalah Hilman Mutasi yang melihat kesuksesan Warkop DKI Reborn, kemudian berpikir untuk mengangkat kisah OM PSP.

Jika melihat dari sejarah Warkop DKI dan Orkes Moral Pancaran Sinar Petromak sebenarnya memiliki sejarah kebersamaan yang cukup menarik. Keduanya sering tampil bersama dalam berbagai program acara, terutama acara Warung Kopi yang disiarkan Radio Prambors di akhir era 1970an. Keduanya memulai debut tampil bersama di stasiun televisi TVRI pada tahun 1978 dalam acara Ulang Tahun TVRI. Jadi sangat wajar jika keduanya merupakan legenda komedi yang sangat dihormati masyarakat Indonesia.


Recommended Movie - Pihu (2018)


Judul Film        : Pihu
Sutradara          : Vinod Kapri
Pemeran           : Myra Vishwakarma, Prema Sharma
Tanggal tayang :  16 November 2018

Akhir tahun 2018 silam, ada sebuah film India yang sangat menarik. Berdurasi 93 menit, film berjudul Pihu ini sangat minim dialog dan musik seperti khas film India. Selain itu, hal paling menarik dari film ini adalah : Pemeran utama film ini adalah seorang anak kecil berusia 3 tahun yang tampil sepanjang film.

Pihu merupakan film yang diadaptasi dari kejadian nyata yang pernah terjadi di tahun 2014 di mana seorang anak berusia 4 tahun ditinggal sendirian di rumah oleh orang tuanya. Sutradara Vinod Kapri memutuskan untuk mengadaptasi kejadian itu menjadi sebuah film drama yang mendebarkan sekaligus bikin miris.

Film ini diawali dengan Pihu (Kyra Vishwakarma) yang baru merayakan ulang tahunnya. Pagi harinya, anak perempuan berusia 3 tahun tersebut terbangun di sebelah ibunya (diperani Prema Sharma) yang telah meninggal. Pihu tidak mengetahui kalau ibunya sudah meninggal, dan hanya merengek membangunkan ibunya.

Ketika film bergulir, penonton baru diberi tahu kalau pada malam harinya terjadi pertengkaran yang hebat antara ibu dan ayah Pihu. Ayah Pihu yang temperamental pergi dinas luar kota ke Kolkata. Ibu Pihu kemudian memutuskan untuk bunuh diri. Awalnya dia juga ingin membunuh Pihu agar mati bersamanya. Tetapi dia kemudian mengurungkan niatnya, dan akhirnya Ibu Pihu yang bunuh diri sendiri.

Pihu yang merasa lapar kemudian mencari makanan, sampai terjebak di dalam kulkas. Untungnya dia berhasil keluar dari kulkas tersebut. Sepanjang film pula, penonton dibuat sesak nafas melihat tindakan Pihu yang sangat membahayakan diri Pihu : Dia menyalakan kompor, menyalakan Water Heater, kemudian bermain dekat setrika yang sangat panas. Ditambah lagi air dari keran membanjiri rumah, sementara di lantai ada kabel listrik yang menjuntai. Buat para Ibu, pasti tidak akan tahan melihat kondisi Pihu yang terjebak di tengah kondisi yang sangat berbahaya tersebut.

Beruntung di akhir cerita, Pihu terselamatkan ketika ayahnya pulang dari dinas kerja di Kolkata.

Film ini merupakan salah satu film box office waktu itu. Dibuat hanya dengan biaya US$ 63,000, film ini mampu meraup keuntungan hingga US$ 2,950,000

Film ini pun meraih penghargaan utama untuk Best Feature Film di ajang Competition dan kategori Best Film di ajang People Choice Award.



BEHIND THE SCENE
Myra Vishwakarma - pemeran Pihu - adalah anak dari sahabat Sutradara Vinod Kapri. Sebelum proses pembuatan film dilakukan Vinod menghabiskan waktu selama 4 bulan dengan Myra agar memahami karakter Myra. Selain itu, Myra juga merinteraksi dengan para kru film sehingga dia menjadi nyaman dekat dengan para kru.

Proses pengambilan gambar memakan waktu selama 6 bulan, di mana pengambilan gambar dilakukan setiap hari selama 2 jam sehari, dengan menggunakan tiga buah kamera yang ditempatkan terpisah.

Karena Myra masih kecil dan tidak mungkin diarahkan, maka Vinod membebaskan Myra untuk bereksplorasi dan berimprovisasi. Naskah mengalami beberapa kali perubahan karena mengikuti pola perilaku Myra.

Ketika film selesai dibuat, hasilnya sangat memuaskan dan luar biasa.